Bisnis.com, JAKARTA - UOB Asset Management Indonesia (UOBAMI) mengalami pertumbuhan dana kelolaan hingga 200 persen selama tahun 2021.
Chief Investment Officer UOB Asset Management Indonesia Albert Z Budiman mengatakan dana kelolaan atau asset under management (AUM) perseroan telah tumbuh lebih dari 200 persen sejak awal tahun. Berdasarkan data OJK, perseroan membukukan total AUM sebesar Rp404,65 miliar.
"Kami telah menyelesaikan proses akuisisi dan integrasi pada tahun lalu, dan sejak pertengahan 2020 telah aktif dalam penerbitan produk-produk baru dan menjalin kerja sama dengan berbagai distributor," katanya kepada Bisnis, Senin (13/9/2021).
Adapun perihal target tahun ini, Albert tidak mengungkapkannya secara gamblang. Tetapi dia mengaku perseroan mematok pertumbuhan yang cukup pesat sampai dengan akhir tahun.
UOBAMI, lanjutnya, berencana untuk mengandeng APERD digital yang memberikan akses lebih mudah bagi investor dan memiliki program edukasi yang baik.
Menurutnya, perseroan juga sudah bekerja sama dengan 5 APERD digital yang memiliki proposisi yang unik dengan kelebihan mereka masing – masing dan sedang dalam proses untuk membangun kerja sama dengan beberapa APERD digital lainnya.
Baca Juga
Selain itu, Albert menilai bahwa dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan paling besar terlihat dalam reksa dana pasar uang. Pasalnya, AUM reksa dana pasar uang memiliki tumbuh sebesar 35 persen per tahunnya.
Selain reksa dana pasar uang, dia juga melihat pertumbuhan yang cukup baik pada reksa dana pendapatan tetap. Sebab reksa dana pendapatan tetap tumbuh sebesar 20 persen YoY dalam empat tahun terakhir.
Albert menambahkan dengan adanya rencana tapering oleh FED, terdapat potensi volatilitas pada pasar modal negara berkembang. Oleh karena itu UOBAMI merekomendasikan RD pendapatan tetap karena memiliki risiko dan potensi imbal hasil yang moderate.
"Kami memiliki RD pendapatan tetap yang unik yang diberi nama UOBAM Inovasi Obligasi Nasional atau disingkat UNION. Strategi investasi untuk UNION saat ini adalah minimum 80% alokasi pada obligasi pemerintah berbasis USD, atau biasa disebut INDON," katanya.
Menurutnya dengan rencana tapering, terdapat potensi penguatan mata uang USD, sehingga perseroan melihat adanya kesempatan mendapatkan imbal hasil dari investasi asset berbasis USD.