Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Pasar Soroti Valuasi Mahal Bukalapak (BUKA)

Valuasi saham Bukalapak dinilai terlalu tinggi dengan metode perhitungan rasio harga dibagi penjualan.
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah analis menyoroti valuasi harga saham dalam penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) PT Bukalapak.com Tbk. yang relatif mahal.

Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan valuasi Bukalapak terlalu mahal apabila menggunakan satu kali nilai Gross Merchandise Value (GMV) atau Gross Transaction Value (GTV).

Pasalnya, hanya 1-2 persen saja dari nilai GMV atau TPV tersebut yang dapat dikonversi menjadi pendapatan.

“Akan lebih adil bagi investor apabila Bukalapak menggunakan valuasi market cap berdasarkan revenue, bukan berdasarkan GMV atau TPV,” jelas Robby kepada Bisnis, Senin (19/7/2021).

Senada dengan Robby, Mantan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Hasan Zein Mahmud juga menyebutkan penggunaan GMV sebagai tolok ukur nilai perusahaan belum dapat diterima nalarnya.

Dia menunjukkan bahwa GMV merupakan nilai seluruh transaksi yang diproses dalam platform Bukalapak. Sementara yang bakal menjadi pendapatan riil perusahaan adalah fee yang diterima perseroan yang besarnya merupakan persentase dari transaksi.

“Kalau kita ambil angka optimis, rata rata fee sebesar 20 persen dari GMV, artinya pendapatan perusahaan "hanya" 1/5 dari GMV. Belum lagi menghitung biaya biaya, termasuk biaya bakar duit untuk mengerek GMV ke atas,” tulis Hasan dalam catatan kepada investor.

Hasan menganalogikan perhitungan valuasi itu dengan bank yang menggunakan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau total kredit dan bukan pendapatan dalam menghitung valuasi perusahaan.

Hal itu sama yang dapat diterima seperti perusahaan konstruksi yang menggunakan nilai proyek dan bukan pendapatan dalam menghitung valuasi perusahaan.

“Bagi saya legitimasi sebuah unit usaha adalah kemampuannya menghasilkan laba secara wajar. Kemampuan menghasilkan laba yang wajar. Bukan kemampuan mengeksploitasi psikologis investor!” tulis Hasan.

Dia menyebut laba raksasa imajiner yang diperkirakan diperoleh emiten belasan tahun yang akan datang dihadapkan dengan discount factor (proksi risiko usaha) yang tinggi di Indonesia akan nyaris tak memiliki nilai sekarang.

Di sisi lain, perhitungan valuasi perusahaan teknologi menggunakan GTV atau GMV maupun Total Processing Value (TPV) akan menghasilkan valuasi Bukalapak yang sangat murah.

Hasan menghitung total nilai perusahaan, kapitalisasi pasar saat IPO, diperoleh dengan mengalikan GMV dengan faktor pengganda (GMV multiple). Dengan demikian, didapatkan rata-rata global GMV multiple sekitar 1,5 kali - 2 kali.

“Kalau GMV Bukalapak 2020 sebesar Rp85 triliun, diharapkan bertumbuh 100 persen pada 2021, lalu angka pengganda ditetapkan 1,5 kali, maka nilai perusahaan akan terbang mencapai Rp255 triliun. Dibagi jumlah saham pasca IPO sebesar 103 miliar saham, nilai intrinsik adalah Rp 2.475. Harga IPO Rp 850.....wuaaaahhh muuuuraaaah banget!!!” tulis Hasan.

Dalam prospektus di Harian Bisnis Indonesia, Bukalapak akan melepaskan saham sebanyak-banyaknya 25.765.504.851 saham atau dibulatkan 25,76 miliar saham. Nilai nominal Rp50, yang mewakili sebanyak-banyaknya 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.

Harga penawaran IPO Bukalapak berkisar Rp750-Rp850. Artinya, raksasa e-commerce itu berpotensi meraup dana dari IPO dengan kisaran Rp19,32 triliun-Rp21,9 triliun.

Dalam laporan keuangan kuartal I/2021, Bukalapak mencatatkan pendapatan Rp423,7 miliar. Dengan asumsi tersebut, pendapatan disetahunkan sekitar Rp1,69 triliun.

Dengan demikian, perhitungan revenue per share-nya menjadi Rp1,69 triliun dibagi 103,06 miliar lembar saham, yakni Rp16 per saham. Maka harga book building IPO Bukalapak Rp750-Rp850 itu merefleksikan price to sales ratio menjadi 45,6 kali-51,7 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper