Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emisi Obligasi Korporasi Tumbuh, Bagaimana Dampaknya ke Reksa Dana Terproteksi?

Jumlah emisi obligasi korporasi yang masih cukup banyak membuat peluang untuk meracik reksa dana terproteksi yang atraktif menjadi lebih tinggi, mengingat daya tarik sejumlah surat utang perusahaan yang baik.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan jumlah emisi obligasi korporasi akan berdampak positif bagi reksa dana terproteksi. Meski demikian, fluktuasi pasar dan kewaspadaan investor serta manajer investasi juga dapat menekan potensi instrumen ini

Direktur Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, jumlah emisi obligasi korporasi saat ini memang masih cukup banyak. Hal tersebut pun membuat peluang untuk meracik reksa dana terproteksi yang atraktif menjadi lebih tinggi mengingat daya tarik sejumlah surat utang perusahaan yang baik.

Kendati demikian, ia menilai para manajer investasi masih cukup waspada dalam membuat produk reksa dana terproteksi. Hal ini seiring dengan risiko pasar yang masih cukup fluktuatif saat ini.

“Rata-rata memang masih berhati-hati mencari underlying yang seimbang antara potensi return dan risiko kreditnya,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (8/7/2021).

Ia melanjutkan, sebenarnya minat investor terhadap instrumen ini cukup tinggi. Kendati demikian, kewaspadaan investor saat ini juga terbilang lebih tinggi mengingat fluktuasi pasar yang cukup besar.

Menurut Farish, investor akan lebih cermat memperhatikan potensi return dan risiko yang akan ditanggung saat masuk pada reksa dana terproteksi.

"Mereka memperhatikan underlyingnya dengan lebih seksama," jelas Farash.

Ia melanjutkan, banyaknya penerbitan obligasi korporasi pada sektor perbankan dan multifinance juga dapat menjadi hal positif untuk reksa dana terproteksi mengingat peringkat utang pada sektor tersebut yang cenderung tinggi.

Meski demikian, Farash akan lebih memilih obligasi korporasi dari sektor perbankan ketimbang multifinance. Pasalnya, pasokan obligasi dari sektor perbankan saat ini masih lebih sedikit dibandingkan multifinance sehingga akan menjadi underlying asset yang lebih menarik untuk reksa dana terproteksi.

Adapun, dalam meracik reksa dana terproteksi, Farash mengatakan salah satu hal utama yang menjadi pertimbangan Avrist AM adalah imbal hasil (yield) setelah pajak yang menarik dibandingkan dengan inflasi.

Selain itu, Avrist AM juga lebih memilih aset-aset obligasi yang memiliki jangka waktu pendek. Pertimbangan lain dari Avrist AM adalah kondisi fundamental emiten yang optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper