Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana exchange traded funds (ETF) merupakan salah satu aset investasi yang mulai dilirik oleh investor.
Marketing and Business Development Manager PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Agam Rauzulma Warizki menjelaskan, ETF merupakan reksa dana kolektif yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, sehingga lebih mudah diperdagangkan.
"Ada dua kriteria EFT berdasarkan cara pengelolaannya yang pertama yang aktif dan pasif," paparnya dalam sesi Waktu Indonesia Berinvestasi, Kamis (8/7/2021).
Agam menjelaskan, ETF aktif memiliki fund manager atau tim yang membuat keputusan tentang alokasi portofolionya yang mendasari strategi investasi masing-masing.
Adapun, ETF pasif merupakan ETF yang mengacu pada indeks tertentu misalnya Indeks LQ45. Artinya, kinerja ETF tersebut mengikuti pergerakan Indeks LQ45.
Kedua ETF ini, baik aktif maupun pasif, memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Baca Juga
Menurut Agam, ETF aktif lebih berfluktuasi sehingga lebih cenderung berisiko tetapi akan lebih mendapat keuntungan yang lebih tinggi. Selain itu, fund manager atau Manajer Investasi memiliki peran penting untuk membawa kinerja EFT.
Berbeda dengan pasif, lanjut Agam, ETF pasif akan mengikuti indeksnya sehingga cenderung lebih aman, tetapi membuat membuat ETF ini bergerak lebih lambat.
“Kembali lagi ke prinsip dasar investasi high risk high return, pasti yang lebih berisiko lebih menguntungkan,” paparnya.
Menurutnya, ETF pasif cenderung cocok untuk investasi jangka panjang, sedangkan ETF aktif mengambil keuntungan dari fluktuasi jangka pendek sehingga diperdagangkan lebih aktif.
Agam merekomendasikan, reksa dana ETF cocok untuk investor pemula lantaran lebih aman dibanding aset investasi lainnya.
"Sangat cocok karena untuk investor newbie [baru] sambil belajar menganalisa saham dan mengatur portofolio dengan EFT lebih nyaman dan aman karena investor bisa melihat instrumennya apa saja," jelasnya.