Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka di zona hijau pada perdagangan Senin (10/5/2021). Rupiah menguat signifikan ke area Rp14.100-an dan menjadi yang terkuat di Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah naik 0,87 persen atau 125 poin menjadi Rp14.160 per dolar AS. Sementara itu, Indeks dolar AS naik 0,01 persen ke 90,245.
Sebelumnya, Ibrahim Assuaibi, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, memprediksi mata uang rupiah berpeluang melanjutkan tren penguatan di tengah pelemahan dolar AS.
"Meski berfluktuasi, rupiah diprediksi ditutup menguat di rentang Rp14.250-Rp14.310 per dolar AS," paparnya dalam publikasi riset.
Ibrahim menyampaikan penguatan rupiah didorong oleh dolar AS yang merosot ke level terendah satu minggu. Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun turun mendekati level terendah dua minggu didukung data ekonomi positif dari AS.
Di AS, jumlah klaim pengangguran awal turun menjadi 498.000 orang, terendah sejak pertengahan Maret 2020 ketika Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi.
Baca Juga
Dari dalam negeri, Bank Indonesia mencatat cadangan devisa pada April 2021 mencapai US$138,8 miliar, naik dari bulan sebelumnya US$137,1 miliae.
Peningkatan posisi cadangan devisa pada April 2021 terutama dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. BI memastikan posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,0 bulan impor atau 9,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Selain itu, posisi cadangan devisa ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Cadangan devisa yang kuat mencerminkan bahwa BI punya 'amunisi' yang kuat untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Saat nilai tukar stabil, investor akan lebih merasa aman dan nyaman berinvestasi di Indonesia," papar Ibrahim.