Bisnis.com, JAKARTA – Emiten taksi PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mengakui penurunan kinerja sepanjang 2020 sebagai akibat pandemi Covid-19. Kendati demikian, perseroan merasakan pemulihan kinerja sepanjang kuartal III dan IV/2020.
Head of Investor Relations Blue Bird Michael Tane menyebut performa keuangan Blue Bird pada 2020 jelas sangat dipengaruhi oleh kondisi pandemi Covid-19 yang menurunkan mobilitas masyarakat.
"Namun, pada kuartal III dan IV/2020 kami melihat performa menunjukkan recovery yang solid. Pendapatan kami di kuartal IV/2020 naik 23 persen dibandingkan dengan kuartal III dan naik 85,7 persen dibandingkan dengan kuartal II/2021 yang merupakan kuartal terburuk di tahun 2020," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (30/3/2021).
Emiten bersandi BIRD ini masih membukukan kerugian pada kuartal IV/2020 sebesar Rp14,6 miliar. Kendati demikian, kondisi tersebut sudah jauh membaik dibandingkan dengan kuartal III/2020 dimana perseroan membukukan net loss Rp63 miliar.
Selain itu, net loss margin pada kuartal IV/2020 juga tinggal 3 persen dari net loss margin pada kuartal III/2020 yang sebesar 15,7 persen.
"Apabila melihat performa kami di kuartal 3 dan 4 sangat jelas pemulihan yang terjadi di performa keuangan Blue Bird sangat signifikan," urainya.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021 yang dikutip Selasa (30/3/2021), perseroan mencatatkan pendapatan bersih sepanjang 2020 sebesar Rp2,04 triliun turun 49,44 persen dari penghasilan pada 2019 yang sebesar Rp4,04 triliun.
Adapun beban langsung perseroan mengalami penurunan menjadi Rp1,71 triliun dari beban pada 2019 yang sebesar Rp2,95 triliun. Sementara, beban usaha perseroan pun turun menjadi Rp561,54 miliar dari posisi 2019 sebesar Rp723,51 miliar.
Kendati beban menurun, penurunan pendapatan bersih yang cukup tinggi membuat bottom line tergerus. Emiten bersandi BIRD ini mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp161,35 miliar. Padahal, pada 2019 perseroan mencatatkan laba sebesar Rp314,56 miliar.
Sementara itu, total liabilitas perseroan hanya sedikit meningkat menjadi Rp2,017 triliun dari kondisi 2019 yang sebesar Rp2,016 triliun.
Peningkatan tipis ini terjadi karena peningkatan liabilitas jangka panjang sebesar Rp1,37 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp1,26 triliun. Sementara, total liabilitas jangka pendeknya sebesar Rp639,8 miliar turun dari posisi 2019 yang sebesar Rp753,5 miliar.
Adapun, total ekuitas perseroan sebesar Rp5,23 triliun, turun tipis daripada tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,4 triliun. Dengan demikian total liabilitas dan ekuitasnya mencapai Rp7,25 triliun.
Dari sisi aset, BIRD mencatatkan penurunan total aset menjadi Rp7,25 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp7,42 triliun. Rinciannya, total aset lancar perseroan meningkat menjadi Rp1,24 triliun naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp938,7 miliar.
Kenaikan aset lancar ini terutama karena perseroan meningkatkan posisi kas dan setara kas menjadi Rp798,85 miliar, naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp462,94 miliar.
Adapun, total aset tidak lancar perseroan menurun menjadi Rp6,01 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp6,48 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan aset tetap yang berubah menjadi Rp5,66 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp6,18 triliun.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (31/3/2021) hingga pukul 09.46 WIB, saham BIRD melemah 1,9 persen ke Rp1.290 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp3,23 triliun.