Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan emiten taksi, PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mengalami anjlok cukup dalam sepanjang 2020. Labanya pun berbalik menjadi rugi bersih.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021 yang dikutip Selasa (30/3/2021), perseroan mencatatkan pendapatan bersih sepanjang 2020 sebesar Rp2,04 triliun turun 49,44 persen dari penghasilan pada 2019 yang sebesar Rp4,04 triliun.
Adapun beban langsung Blue Bird mengalami penurunan menjadi Rp1,71 triliun dari beban pada 2019 yang sebesar Rp2,95 triliun. Sementara, beban usaha perseroan pun turun menjadi Rp561,54 miliar dari posisi 2019 sebesar Rp723,51 miliar.
Kendati beban menurun, penurunan pendapatan bersih yang cukup tinggi membuat bottom line tergerus. Emiten bersandi BIRD ini mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp161,35 miliar. Padahal, pada 2019 perseroan mencatatkan laba sebesar Rp314,56 miliar.
Sementara itu, total liabilitas perseroan hanya sedikit meningkat menjadi Rp2,017 triliun dari kondisi 2019 yang sebesar Rp2,016 triliun.
Peningkatan tipis ini terjadi karena peningkatan liabilitas jangka panjang sebesar Rp1,37 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp1,26 triliun. Sementara, total liabilitas jangka pendeknya sebesar Rp639,8 miliar turun dari posisi 2019 yang sebesar Rp753,5 miliar.
Baca Juga
Adapun, total ekuitas perseroan sebesar Rp5,23 triliun, turun tipis daripada tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,4 triliun. Dengan demikian total liabilitas dan ekuitasnya mencapai Rp7,25 triliun.
Dari sisi aset, BIRD mencatatkan penurunan total aset menjadi Rp7,25 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp7,42 triliun. Rinciannya, total aset lancar perseroan meningkat menjadi Rp1,24 triliun naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp938,7 miliar.
Kenaikan aset lancar ini terutama karena perseroan meningkatkan posisi kas dan setara kas menjadi Rp798,85 miliar, naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp462,94 miliar.
Adapun, total aset tidak lancar BIRD menurun menjadi Rp6,01 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp6,48 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan aset tetap yang berubah menjadi Rp5,66 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp6,18 triliun.