Bisnis.com, JAKARTA - Harga bitcoin terus mencetak rekor baru dalam beberapa perdagangan terakhir seiring dengan semakin banyak perusahaan keuangan menyatakan minatnya terhadap salah satu aset kripto tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg, aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu naik 8,1 persen menjadi US$48.663 per bitcoin pada perdagangan Jumat (12/2/2021). Sepanjang tahun berjalan 2021, bitcoin telah menguat lebih dari 60 persen.
Level tersebut merupakan posisi tertinggi bitcoin sepanjang sejarah, melampaui lonjakan level pada Senin (8/2/2021) akibat produsen mobil listrik, Tesla Inc. mengumumkan akan memegang US$1,5 miliar mata uang kripto dalam neraca keuangannya.
Adapun, lonjakan harga bitcoin itu mendorong Indeks Kripto Galaxy Bloomberg juga mencetak rekor, ditutup naik 3,21 persen ke posisi 2.083,58 pada perdagangan Jumat (12/2/2021).
Penguatan bitcoin di akhir pekan kedua Februari 2021 itu terjadi setelah lembaga keuangan seperti Mastercard dan Bank of New York Mellon Corp (BNY Mellon) mengungkapkan ketertarikannya terhadap aset kripto itu.
Mengutip Bloomberg, Mastercard bermitra dengan penyedia kartu kripto seperti Wirex dan BitPay untuk menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran. Namun, dalam prosesnya tetap mengharuskan mata uang digital diubah menjadi fiat sebelum memproses pembayaran untuk transaksi di jaringannya.
Baca Juga
Selain itu, BNY Mellon pihaknya akan menggenggam, mentransfer, dan mengeluarkan Bitcoin dan aset kripto lainnya untuk pelanggan institusi.
Analis Pasar Oanda Corp Ed Moya mengatakan bahwa pengumuman dari Mastercard dan BNY Mellon mengkonfirmasi perubahan mendasar bahwa lembaga keuangan sudah mulai berkomitmen pada aset kripto.
Bahkan kabar terbaru, Counterpoint Global, unit Manajemen Investasi Morgan Stanley, belum lama ini juga mengungkapkan sedang menjajaki aset kripto sebagai pilihan instrumen dari para investornya.
“Ini adalah berita bagus untuk penerimaan arus utama lebih lanjut dari aset kripto dan kemungkinan akan terus melanjutkan reli harga Bitcoin,” ujar Moya seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (14/2/2021).
Sementara itu, Ahli Strategi Komoditas Bloomberg Intelligence Mike McGlobe mengatakan bahwa bitcoin tampaknya berada dalam pusaran reli yang sempurna untuk menerbangkan harga ke level lebih tinggi.
“Komitmen Tesla telah membantu memperkuat posisi US$50.000 sebagai target resistensi kuat bitcoin selanjutnya,” ujar McGlone.
Namun, sejumlah analis dan pelaku pasar menilai reli bitcoin yang terjadi saat ini disebabkan oleh para spekulan dan memproyeksi bubble harga bitcoin akan segera kembali terjadi.
Untuk diketahui, harga bitcoin sempat mengalami bubble setelah harga meroket hingga menyentuh level US$20.000 per bitcoin pada 2017. Hanya dalam beberapa bulan, harga bitcoin runtuh hingga menyentuh level terendah US$3.100 per bitcoin pada Desember 2018.
Perdagangan bitcoin kala itu hanya didominasi oleh dana hedging yang lebih kecil dan dana dari perusahaan kripto itu sendiri.