Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.011 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Kamis (11/2/2021)
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.011 per dolar AS, turun 22 poin atau 0,16 persen dari posisi kemarin, Rabu (10/2/2021) Rp13.989 per dolar AS.
Pukul 09.57 WIB, rupiah koreksi 15,5 poin atau 0,11 persen menjadi Rp13.998 per dolar AS. Indeks dolar AS naik 0,06 persen menuju 90,426.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menjelaskan pergerakan rupiah dipengaruhi oleh kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro yang diterapkan pemerintah pekan ini akan berdampak positif untuk pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga
"Salah satu yang akan terangkat adalah meningkatkan penjualan ritel yang sempat tertekan pada masa pemberlakuan PPKM sebelumnya," paparnya.
Selain itu, jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia mengalami perlambatan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah pasien positif corona per 9 Februari 2021 adalah 1.174.779 orang. Bertambah 8.700 orang atau 0,75 persen dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien baru adalah 11.602 orang per hari, turun dibandingkan rata-rata 2 minggu sebelumnya yakni 11.828 orang per hari.
Meski demikian penyebaran virus corona masih mungkin mengalami kenaikan, apalagi dengan libur panjang perayaan Tahun Baru Imlek.
“Selepas libur panjang biasanya ada kenaikan kasus baru mencapai 30 persen-40 persen. Jika aktivitas dan mobilitas warga meningkat saat libur panjang pekan ini, maka bukan tidak mungkin jumlah pasien baru bakal bertambah signifikan,” jelasnya.
Sementara itu, dari luar negeri, penguatan rupiah belakangan juga ditopang oleh pelemahan nilai dolar AS. Nilai Dolar AS saat ini diperdagangkan mendekati posisi terendah dua minggu karena permintaan untuk aset yang lebih aman surut pada hari Rabu.
“Pelaku pasar melihat pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19 tahun ini akan bagus, yang didorong oleh stimulus fiskal dan moneter besar-besaran,” lanjutnya.
Selain itu, Presiden AS, Joe Biden, juga akan mempercepat penggelontoran paket stimulus fiskal senilai US$1,9 triliun. Hal ini sekaligus menyatakan sikap AS yang tidak mengkhawatirkan terjadinya kelesuan ekonomi karena gelontoran stimulus tersebut.