Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Bursa Efek Indonesia Rindu IPO Jumbo

Sepanjang 2020 terdapat 51 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Namun, per 22 Desember 2020 jumlah dana yang dihimpun di pasar modal melalui IPO hanya mencapai Rp5,49 triliun.
Dari kiri-kanan: Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dalam Seremoni Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2021, Senin (4/1/2021).
Dari kiri-kanan: Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dalam Seremoni Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2021, Senin (4/1/2021).

Bisnis.com, JAKARTA - Antusiasme penggalangan dana melalui skema penawaran umum perdana atau initial public offering/IPO di pasar modal dinilai masih terjaga sepanjang 2020. Namun demikian, Bursa Efek Indonesia dinilai kekurangan calon emiten jumbo.

Pengamat pasar modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai pasar modal tahun ini diyakini lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih positif.

Dia menilai sejumlah inisiatif kebijakan yang disiapkan Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia sudah cukup akomodatif mendukung prospek kebangkitan pasar modal pasca pandemi Covid-19.

Hanya, dia menilai pasar modal masih kekurangan calon-calon emiten yang akan melantai di bursa dengan kapitalisasi pasar dan jumlah emisi yang jumbo. Padahal, pemerintah telah memberikan insentif fiskal berupa diskon pajak penghasilan (PPh) bagi perusahaan yang melakukan IPO di BEI melalui RUU perpajakan.

Pemerintah memberikan potongan atau diskon sebanyak 3 persen, sehingga perusahaan yang melantai di bursa mendapatkan PPh sebesar 17 persen, dibandingkan dengan PPh saat ini sebesar 20 persen.

“IPO emiten kapitalisasi pasar masih kurang, yang BUMN dan anak BUMN harus diarahkan dari Kementerian BUMN sedangkan yang swasta mesti dipikirkan insentif tambahan selain diskon PPh,” ujar Budi kepada Bisnis, Senin (4/1/2020).

Untuk diketahui, sepanjang 2020 terdapat 51 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Namun, per 22 Desember 2020 jumlah dana yang dihimpun di pasar modal melalui IPO hanya mencapai Rp5,49 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan total keseluruhan 2019 mencapai Rp14,78 triliun.

Raihan dana jumbo di pasar modal pada 2020 hanya didapatkan oleh IPO PT Metro Healthcare Indonesia Tbk. (CARE) senilai Rp1,03 triliun pada 13 Maret 2020.

Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyentil raihan penggalangan dana pada 2020 yang tidak sesuai ekspektasi.

Dia berharap penghimpunan dana dari penawaran umum saham perdana atau IPO pada 2021 dapat naik signifikan daripada tahun lalu.

“BEI menargetkan 30 perusahaan dapat IPO tahun ini, tetapi kami harapkan jumlah dananya bisa cukup signifikan. Apalagi disampaikan yield SBN juga sudah rendah, jadi bisa dorong minat untuk banyak yang IPO dan mencari dana di pasar modal,” ujar Airlangga saat membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia 2021, Senin (4/1/2020).

Di sisi lain, pada perdagangan pertama 2021, BEI kedatangan emiten baru, yaitu PT FAP Agri Tbk. Emiten berkode saham FAPA itu menjadi emiten pertama yang IPO pada tahun ini dan menggalang dana hingga Rp1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper