Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Pasar Modal Dinilai Makin Modern

Pada 2021 ini otoritas bursa memiliki sejumlah kebijakan dan terobosan baru terkait pasar modal, mulai dari penerapan e-IPO implementasi e-voting RUPS, hingga menyiapkan papan perdagangan baru.Asosiasi Emiten Indonesia menilai beragam kebijakan tersebut masih sangat akomodatif bagi para pelaku pasar.
Dari kiri-kanan: Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dalam Seremoni Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2021, Senin (4/1/2021).
Dari kiri-kanan: Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dalam Seremoni Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2021, Senin (4/1/2021).

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah rencana strategis dan inisiatif Otoritas Jasa Keuangan dan para self regulatory organization (SRO) bursa Indonesia dinilai bakal mendorong pasar modal ke arah lebih modern.

Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat menilai kebijakan dan inisiatif para otoritas bursa dilakukan antara lain untuk mengembangkan pasar yang sudah ada serta mengantisipasi kebutuhan masyarakat.

“Bisa kita lihat produk-produk pasar modal ini nantinya akan bergeser dari konvensional menjadi lebih terbuka, karena melihat adanya kebutuhan, permintaan, dari masyarakat untuk tersedianya mekanisme pasar modal yang lebih baik atau lebih terjangkau bagi semua pihak,” tutur Samsul kepada Bisnis, Senin (4/1/2021)

Samsul mencontohkan implementasi penawaran umum perdana saham elektronik atau e-IPO yang mulai berlaku. Dia menyebut skema ini akan menguntungkan emiten karena dapat menjangkau investor lebih banyak. Selain itu, proses IPO juga akan semakin mudah dan ringkas sehingga menimbulkan daya tarik lebih tinggi baru perusahaan yang ingin melantai di bursa.

Dari sisi investor, sistem ini membuka akses yang lebih luas dan mudah bagi seluruh investor agar dapat berpartisipasi dalam penawaran umum, apalagi semua proses dapat dilakukan melalui platform digital.

“Jadi sudah tidak ada lagi batas-batas, tidak ada lagi itu perusahaan daerah, perusahaan pusat [Jakarta], sudah banyak kan dari Kalimantan, Semarang, masuk semua. Semua batas itu lebur,” kata dia.

Selanjutnya, dia juga menyoroti layanan urun dana berbasis teknologi (security crowdfunding/ SCF) yang baru diresmikan. Menurutnya, langkah ini menunjukkan bahwa pasar modal semakin terbuka bagi berbagai kalangan, baik dari sisi investor maupun perusahaan.

“SCF ini kan praktek pasar modal yang diturunkan, jadi sudah ada semacam modernisasi, atau relaksasi gerak dari pasar modal, dan ini sudah diakui oleh otoritas,” imbuh Samsul.

Lebih lanjut Samsul menyebut dunia pasar modal Indonesia sudah mendekati level yang lebih tinggi, salah satu indikatornya adalah tren suku bunga yang rendah dunia, yang juga mulai dialami di pasar Tanah Air.

Dia mengatakan suku bunga rendah yang mengakibatkan turunnya imbal hasil deposito pada akhirnya akan “memaksa” masyarakat mencari alternatif investasi, yang salah satunya adalah ke pasar modal.

Hal ini juga ditambah dengan kemajuan teknologi sehingga informasi mengenai pasar modal lebih mudah didapat dan lebih mudah menjangkau banyak kalangan.

“Fenomena ini kelihatan dari pertumbuhan jumlah investor tahun lalu, kemudian nilai transaksi meningkat, sejalan minat IPO juga meningkat,” kata dia.

Samsul juga merasa kebijakan-kebijakan yang digulirkan otoritas bursa sejauh ini masih sangat akomodatif bagi para pelaku pasar. Jika sebaliknya, dia menyebut otoritas sangat terbuka dalam menerima masukan dan usulan terkait kebijakan.

"Sudah baik ya, saat pandemi saja banyak sekali relaksasi untuk pasar modal. Kalau ada apa-apa pun SRO sangat terbuka, bisa kami ajak diskusi, dan sejauh ini selalu dapat jalan," tambahnya.

Seperti diketahui, pada 2021 ini otoritas bursa memiliki sejumlah kebijakan dan terobosan baru terkait pasar modal, mulai dari penerapan e-IPO implementasi e-voting RUPS, hingga menyiapkan papan perdagangan baru.

Para pemangku kebijakan juga meluncurkan layanan urun dana berbasis teknologi (security crowdfunding), melakukan pembaruan batas atas dana ganti rugi (disgorgement fund), serta mengaplikasikan notasi khusus  untuk anggota bursa.

Tak hanya itu, mereka juga berambisi untuk mencapai target-target pasar modal di 2021 seperti pertumbuhan investor yang mencapai 25 persen hingga 4,75 juta investor, tambahan 30 emiten baru, serta target penggalangan dana Rp150—180 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper