Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan layanan kesehatan dan farmasi, PT Indofarma Tbk. (INAF) berhasil menjadi salah satu pemenang dalam Bisnis Indonesia Top BUMN Awards 2020.
Kategori yang dimenangkan adalah The Most Resilient BUMN sektor non finansial, perusahaan publik, dengan aset sampai dengan atau di bawah Rp15 triliun.
Emiten bersansi saham INAF itu memang berhasil mencatatkan perbaikan kinerja ditandai dengan pertumbuhan pendapatan dan mengecilnya rugi bersih perseroan hingga kuartal ketiga tahun ini. Dengan demikian, perseroan kemungkinan bisa saja mencatatkan kinerja yang sama baiknya seperti tahun lalu untuk performa akhir tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, emiten pelat merah tersebut mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp749,25 miliar, naik 28,4 persen secara tahunan. Dari situ, rugi bersih perseroan mengecil dari sebelumnya Rp34,84 miliar menjadi Rp18,88 miliar.
Kendati menderita kerugian lain-lain sebesar Rp5,4 miliar, namun perseroan berhasil menekan masing-masing beban penjualan 4,12 persen menjadi Rp95,94 miliar, serta beban umum dan administrasi sebesar 8,62 persen menjadi Rp75,24 miliar.
Berdasarkan segmentasi produk, pendapatan INAF memang masih didominasi oleh penjualan obat ethical di pasar lokal yang mendominasi sekitar 58,82 persen dari total pendapatan pada periode tersebut. Adapun, segmen yang sama mencatatkan penurunan tipis 5,14 persen secara tahunan.
Baca Juga
Adapun, penjualan alat kesehatan, diagnostik dan lainnya di dalam negeri meningkat pesat 182,04 persen secara tahunan menjadi Rp286,75 miliar. Kenaikan penjualan juga dibarengi segmen pendapatan dari produk obat ethical yang dijual ke pasar luar negeri yang meroket 385,84 persen menjadi Rp4,42 miliar.
Berdasarkan posisi keuangan, liabilitas perseroan meningkat menjadi Rp1 triliun dari Rp879 miliar pada Desember tahun lalu, diikuti dengan penurunan ekuitas menjadi Rp486,05 miliar dari Rp504,93 miliar pada akhir 2019.
Hal ini pada akhirnya membuat aset perseroan meningkat dari Rp1,38 triliun pada akhir tahun 2019 menjadi Rp1,49 triliun pada September 2020.
Terakhir, perseroan mencatatkan kenaikan kas dan setara kas akhir periode sebesar 69,09 persen menjadi Rp27,1 miliar.
Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno dalam pemberitaan sebelumnya memberikan bocoran bahwa 50 persen dari target pendapatan 2020 terkonsentrasi pada kuartal keempat.
Dalam visinya, Indofarma bercita-cita menjadi perusahaan healthcare Indonesia pilihan utama yang berskala global. Hal itu dapat dicapai dengan strategi dan pengalaman ratusan tahun!
Jejak Langkah Indofarma dimulai pada 1918, yang berawal dari unit produksi kecil di Rumah Sakit Pusat Pemerintah Hindia Belanda yang memproduksi salep dan kasa pembalut.
Selanjutnya, pada 1931 unit produksi dipindah ke Manggarai, kemudian dikenal sebagai “Pabrik Obat Manggarai”, dan mulai memproduksi tablet dan injeksi.
Setelah terlepas dari tangan Hindia Belanda, pada 1942 perusaan diambil alih oleh Pemerintah Jepang dibawah Manajemen Takeda Pharmaceuticals.
Perusahaan pun terus berkembang dan kemudian pada 2001 mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia dan menyandang status sebagai perusahaan publik.