Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia bertahan di level tertingginya sejak awal September lalu seiring dengan kabar proses vaksinasi di Amerika Serikat dapat dilaksanakan dalam tiga minggu ke depan.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (23/11/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Januari 2021 terpantau naik 0,1 persen di level US$42,47 per barel pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 08.16 waktu Singapura.
Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Januari 2021 naik 0,4 persen dan berada di kisaran US$45,15 per barel setelah ditutup menguat 1,7 persen pada sesi perdagangan Jumat pekan lalu.
Harga minyak dunia telah bertahan di kisaran US$42 setelah menguat selama tiga pekan beruntun. Salah satu sentimen positifnya ialah proses vaksinasi virus corona di AS yang sudah dapat dimulai pada 11 Desember atau 12 Desember menurut Kepala Tim Program Akselerasi Vaksin AS Moncef Slaoui.
Para pelaku pasar kian optimistis ditengah terjadinya lonjakan angka kasus positif virus corona di AS dan Eropa yang berujung pada berlanjutnya kebijakan lockdown pada sejumlah wilayah. Pada Jumat lalu, Pfizer dan BioNTech mengajukan izin untuk melakukan injeksi perdana.
Sementara itu, Moderna juga telah merilis kabar positif terkait perkembangan vaksin virus corona buatannya yang tengah memasuki tahap uji klinis akhir.
Baca Juga
Selain itu, harapan bahwa OPEC dan negara sekutunya akan menyetujui penundaan penambahan produksi minyak harian juga semakin memperkuat reli harga minyak. Keputusan terkait hal tersebut akan dibahas dalam pertemuan OPEC+ pada akhir bulan ini.
Optimisme pasar juga terlihat dari spread yang semakin kecil pada WTI dan minyak jenis Brent. Saat ini, kontrak jangka pendek memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan kontrak dengan jangka waktu lebih panjang, menandakan kekhawatiran terhadap melimpahnya persediaan minyak dunia mulai mereda.
Sementara itu, Abu Dhabi akan menggelontorkan dana 448 miliar dirham atau US$122 miliar untuk industri minyak dan gas alam dalam lima tahun mendatang untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Hal tersebut terjadi ditengah rencana OPEC+ yang masih berencana membatasi produksi harian minyak dunia.