Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Positif Covid-19, Saham LQ45 Malah Lemas

Sejumlah 44 saham dalam Indeks LQ45 melemah pada pembukaan perdagangan sesi II.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pada perdagangan Rabu (10/9) IHSG sempat mengalami trading halt dan ditutup anjlok 5,01% atau 257,91 poin menjadi 4.891,46. Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pada perdagangan Rabu (10/9) IHSG sempat mengalami trading halt dan ditutup anjlok 5,01% atau 257,91 poin menjadi 4.891,46. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen Presiden AS Donald Trump yang terkena Covid-19 membuat pelaku pasar menghindari aset berisiko seperti bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun mengalami pelemahan.

Pada perdagangan Jumat (2/10/2020) pukul 13.41 WIB, IHSG anjlok 1,42 persen atau 70,7 poin menjadi 4.899,39. Indeks bahkan sempat menyentuh level support 4.881,91.

Sementara itu, saham-saham dalam Indeks LQ45 jatuh lebih dalam. Indeks LQ45 turun 2,04 persen atau 15,56 poin menuju 745,49. Hanya 1 saham yang menguat, sedangkan selebihnya melemah.

Saham BSDE menguat sendirian sebesar 0,67 persen. Adapun, saham-saham LQ45 yang mengalami penurunan terdalam ialah SCMA -6,61 persen, EXCL -5,45 persen, PGAS -5,76 persen, ANTM -3,4 persen, dan WIKA -4,02 persen.

Ekuitas berjangka AS dan Eropa hingga mayoritas bursa saham di Asia terkapar di zona merah seiring dengan respon pasar terhadap kabar Presiden AS Donald Trump beserta Ibu Negaranya dinyatakan positif Covid-19.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 12.27 WIB indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,6 persen, diikuti indeks Topix yang melemah 0,88 persen.

Masahiro Ichikawa, ahli strategi senior di Sumitomo Mitsui DS Asset Management Co. di Tokyo menyampaikan, sentimen Covid-19 Trump membuat penghindaran aset berisiko meluas. Hal itu akan menekan pembelian saham, sementara investor beralih ke yen, dolar AS, dan obligasi AS.

"Pasar juga kurang yakin mengenaik Pemilu AS dan kampanye Pilpres ke depannya seperti apa," imbuhnya. Adapun, Pemilu AS akan berlangsung pada November 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper