Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berhasil rebound, menghentikan penurunannya selama dua hari perdagangan berturut-turut. Harga emas hitam itu berhasil tersulut optimisme perusahaan produsen minyak terbesar, Saudi Aramco terkait permintaan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (10/8/2020) hingga pukul 14.43 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak September 2020 berhasil naik 1,24 persen ke level US$41,73 per barel. Minyak menguat setelah sempat anjlok hingga lebih dari 1,77 persen.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Oktober 2020 di bursa ICE menguat 0,90 persen ke level US$44,8 per barel. Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan bahwa konsumsi minyak mentah di Asia sudah hampir kembali ke tingkat sebelum pandemi Covid-19 menyebar.
“Permintaan minyak saat ini sekitar 90 juta barel per hari, dibandingkan dengan tingkat konsumsi pra-pandemi sekitar 100 juta barel per hari,” ujar Nasser seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (10/8/2020).
Dia memperkirakan permintaan akan terus meningkat sepanjang sisa tahun ini, meskipun banyak wilayah di seluruh dunia masih berjuang untuk mengendalikan pandemi Covid-19 yang saat ini masih belum terdapat vaksin penangkalnya.
Optimisme itu muncul setelah eksportir minyak utama asal Arab Saudi itu hanya mengantongi laba bersih sebesar 24,6 miliar riyal atau sekitar US$6,6 miliar pada kuartal II/2020, anjlok 73 persen dari capaian kuartal II/2019 sebesar 92,6 miliar riyal.
Baca Juga
Kendati demikian, optimisme Aramco berhasil membuat minyak berpotensi menembus level harga lebih tinggi daripada saat ini, setelah terjebak di dekat US$40 per barel sejak awal Juni karena meningkatnya infeksi virus menimbulkan keraguan tentang pemulihan yang berkelanjutan.
Namun, OPEC dan sekutunya bersiap untuk menguji selera permintaan dengan menaikkan kapasitas produksi mulai bulan ini setelah pemangkasan produksi bersejarah dalam beberapa bulan terakhir.
Kepala Strategi Pasar CMC Markets Asia Pacific Michael McCarthy mengatakan bahwa pemulihan permintaan tampaknya akan lebih baik daripada yang diperkirakan pasar. Sentimen itu pun akan sangat mendukung harga untuk naik.
“Pelonggaran pemangkasan produksi oleh OPEC+ sudah diperkirakan hingga tak begitu berdampak, tetapi sentimen akan cukup beragam menuju pemulihan ekonomi sepanjang paruh kedua ini,” ujar McCarthy seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (10/8/2020).
Sementara itu, Tim Analis Monex Investindo Futures mengatakan bahwa dalam jangka pendek harga minyak didukung oleh optimisme yang dilontarkan produsen minyak terbesar dunia, kendati pasar masih dibayangi pandemi Covid-19 di banyak negara.
“Harga minyak berpotensi naik menguji resisten US$42,20 - $42,60 per barel, bila optimisme berlanjut dan harga menembus level US$$41,85 per barel. Sebaliknya bila turun menembus ke bawah level terendah US$41,35, harga minyak berpotensi turun menguji support US$40,55 - US$41 per barel, “ tulis Tim Analis Monex Investindo Futures dalam publikasi riset hariannya, Senin (10/8/2020).