Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami tekanan akibat perseteruan Amerika Serikat dan China, serta belum jelasnya rencana stimulus AS.
Pada penutupan perdagangan Jumat (7/8/2020), harga minyak WTI kontrak September 2020 turun 1,74 persen atau 0,73 poin menjadi US$41,22 per barel. Adapun, harga minyak Brent kontrak Oktober 2020 terkoreksi 1,53 persen atau 0,69 poin menuju US$44,4 per barel.
Mengutip Bloomberg, harga minyak turun seiring dengan kekhawatiran atas ketegangan baru antara AS dan China. Selain itu, ada prospek yang suram untuk bantuan lebih lanjut dari Washington menimbulkan krisis ekonomi.
Presiden AS Donald Trump melancarkan serangan terhadap perusahaan teknologi China dan sanksi baru terhadap pejabat China, sehingga semakin memicu ketegangan antar negara.
Sementara itu, putaran lain negosiasi dengan Partai Demokrat tentang rencana bantuan virus berakhir tanpa kesepakatan apa pun, menunjukkan jalan panjang untuk pemulihan permintaan.
"Setidaknya untuk saat ini sentimen menghalangi arah menuju bullish. Selain itu, permintaan terhadap dolar AS meningkat dan melemahkan harga komoditas," kata Tariq Zahir, anggota pengelola program makro global di Tyche Capital Advisors LLC.
Indeks Spot Dolar Bloomberg naik sebanyak 0,8% pada hari Jumat, mengurangi daya tarik untuk komoditas yang dihargai dalam dolar.
Minyak mentah sedang menguji batas atas setelah mencapai tertinggi lima bulan pada pekan ini. Hal ini terjadi di tengah penurunan persediaan di AS. Jumlah rig minyak aktif di AS merosot ke level terendah 15 tahun.
Namun, prospek pemulihan dalam konsumsi minyak menahan laju harga, dengan impor minyak mentah ke China menyusut pada Juli.
"Pedagang mengambil pendekatan menunggu dan melihat," kata Andrew Lebow, mitra senior di Commodity Research Group. "Ada banyak kekuatan penyeimbang yang cukup besar di pasar."
Sementara itu, OPEC + mengembalikan pasokan ke pasar bulan ini karena mengurangi rekor pembatasan produksi.Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul Jabbar berjanji bahwa Irak akan memangkas produksi tambahan 400.000 barel per hari pada bulan Agustus dan September, di atas komitmen sebelumnya untuk memangkas 850.000 barel per hari setiap bulan.
“Pasar kemungkinan akan tetap dalam kondisi sideways, berombak sampai kita melihat apa yang sebenarnya dilakukan OPEC + dalam program ekspor mereka untuk Agustus,” kata Tom Finlon dari GF International.