Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat berfluktuasi pada awal perdagangan Senin (20/7/2020) karena investor menunggu laporan keuangan emiten pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,36 persen ke level 26.576,37 di awal perdagangan. Di sisi lain, indeks Nasdaq dan S&P 500 masing-masing menguat 1,05 persen dan 0,02 persen.
Microsoft, Intel, Tesla, dan Twitter adalah beberapa perusahaan yang dijadwalkan merilis laporan keuangan pekan ini. Saham Noble Energy menguat setelah Chevron sepakat untuk mengakuisisi perusahaan tersebut dengan senilai US$5 miliar.
Sementara itu, saham AstraZeneca naik setelah studi vaksin awal menunjukkan hasil yang positif.
Investor juga mengawasi parlemen AS yang berencana menyegel kesepakatan mengenai paket stimulus penyelamatan untuk menggantikan beberapa stimulus yang telah merakhir. Sementara itu, para pemimpin di Eropa juga diperkirakan mencpai kesepakatan stimulus hari ini setelah menjalani perundingan yang alot.
Meskipun pasar saham telah menguat dalam beberapa pekan terakhir, masih ada banyak kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi global, terutama dengan penyebaran virus yang tidak mereda di AS.
Baca Juga
Sementara itu di Eropa, tingkat pengangguran diperkirakan mencapai hampir 10 persen pada akhir tahun ketika ekonomi merosot, menurut survei Bloomberg.
Sementara itu, pandemi virus corona masih menjadi penekan pergerakan pasar pada hari ini. Hong Kong melaporkan kenaikan kasus positif harian terbesar dengan 108 pasien. Hal tersebut membuat pemerintah setempat memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah dan mewajibkan pemakaian masker.
Di Amerika Serikat, Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti mengatakan kota tersebut diperkirakan akan kembali memberlakukan kebijakan isolasi di rumah.
Manajer portofolio Columbia Threadneedle Gene Tannuzzo mengatakan dislokasi ekonomi akibat wabah Covid-19 memicu respons luar biasa oleh pembuat kebijakan fiskal dan moneter serta bank sentral.
"Langkah-langkah ini membantu menstabilkan pasar, namun saat ini kita masih berada lingkungan pertumbuhan rendah yang berkelanjutan,” ungkap Tannuzzo, seperti dikutip Bloomberg.