Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi sepanjang perdagangan Selasa (7/7/2020), dan berakhir mengalami koreksi.
Pada penutupan perdagangan, IHSG terpantau melesu 0,04 persen atau 1,78 poin ke level 4.987,08. Sepanjang hari ini indeks bergerak di rentang 4.982,33 - 5.011,71.
Tercatat 138 saham menguat, 286 saham melemah, dan 148 saham stagnan.
Adapun, pada perdagangan Senin (6/7/2020), IHSG berakhir menguat 0,3 persen atau 15,07 poin ke level 4.988,87.
Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menjelaskan bahwa secara teknikal pergerakan IHSG terkonsolidasi positif pada pola bullish trendline.
Pergerakan saat ini semakin mendekati level resisten psikologis 5.000 sebagai konfirmasi penguatan lanjutan menuju rata-rata 200 hari.
Baca Juga
Indikator stochastic tampak menguat begitu optimistis untuk mendekati area overbought. Namun, pergerakan ke atas masih cukup melebar. Lanjar juga menilai, pola divergen terlihat pada MACD line dan histogram memberikan sinyal yang cukup positif
Sementara itu, mayoritas pasar Asia menutup perdagangan Selasa (7/7/2020) di zona merah setelah dibuka bervariasi pada pagi tadi.
DIlansir dari Bloomberg pada Selasa (7/7/2020), indeks Kospi Korea Selatan menjadi pasar dengan koreksi terdalam di Asia dengan 1,09 persen ke level 2.164,17. Menyusul di belakangnya adalah Hang Seng Hong Kong yang turun 0,92 persen di 26.097,24.
Hal serupa juga terjadi pada bursa Topix Jepang Korea Selatan yang ambles 0,34 persen pada level 1.571,17. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia yang pagi tadi menguat akhirnya terkoreksi tipis 0,03 persen di 6.012,90.
Kinerja positif dicapai oleh indeks Shanghai Composite China. Setelah menguat lebih dari 5 persen kemarin, pasar China menutup perdagangan hari ini dengan kenaikan tipis 0,41 persen di level 3.346,45
Perdagangan pada hari ini ditopang oleh kepercayaan diri investor yang turut menekan sentimen virus corona. Selain itu, lonjakan signifikan di bursa China turut mendorong terjadinya reli positif pasar global pada Senin kemarin.
Selain itu, optimisme investor turut didorong oleh harapan pemulihan ekonomi dari banjir stimulus yang dikeluarkan pemerintah dan bank sentral di dunia. Mereka juga tengah bersiap menghadapi musim laporan pendapatan.
Co-Chief Executive Officer di Essex Investment Management.Nancy Prial mengatakan,investor melihat kondisi buruk perekonomian AS yang saat ini tengah terjadi tidak seburuk pada periode Maret - April 2020 lalu.
"Para pelaku pasar mulai merasakan bahwa kita akan melihat hasil yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya dari perusahaan-perusahaan di berbagai bidang," jelasnya.