Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hore! Optimisme Investor Kembali, Pasar Asia Rebound

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (30/6/2020),bursa S&P/ASX200 Australia mengawali hari dengan naik 1,7 persen, serta indeks Kospi Korea Selatan dan Topix Jepang yang sama-sama menguat 1,4 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar Asia dibuka menguat pada hari ini seiring dengan optimisme investor akan pemulihan ekonomi yang menghapus kekhawatiran terhadap pandemi virus corona.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (30/6/2020),bursa S&P/ASX200 Australia mengawali hari dengan naik 1,7 persen. Pergerakan ke zona hijau juga dinikmati oleh indeks Kospi Korea Selatan dan Topix Jepang yang sama-sama menguat 1,4 persen.

Indeks berjangka Hang Seng Futures di Hong Kong turut dibuka positif dengan kenaikan 0,6 persen. Adapun indeks berjangka S&P 500 menguat tipis 0,1 persen hingga pukul 09.01 waktu Tokyo, Jepang.

Dengan penguatan ini, pasar Asia berpeluang mencatatkan hasil kuartalan terbaik sejak 2009 setelah mengawali tahun 2020 dengan hasil negatif

Para investor memperhatikan rilis data ekonomi positif sebagai dampak pelonggaran lockdown pada beberapa negara bagian di AS. Sementara itu, Gubernur The Fed Jerome Powell menekankan pentingnya menekan penyebaran virus corona ditengah pemulihan ekonomi yang sedang terjadi.

Sementara itu, meskipun angka kematian telah mencapai 500 ribu orang dan telah menginfeksi lebih dari 10 juta, World Health Organization memperingatkan kemungkinan terburuk dari pandemi ini masih akan terjadi.

"Arah pandemi ini bleum jelas. Tetapi, memasuki akhir kuartal, diperkirakan akan ada penyeimbangan ulang dan membuat pelemahan yang mungkin terjadi hanya dalam waktu pendek.Bulan Juli diperkirakan akan menjadi waktu yang baik untuk pasar saham," jelas co-founder dan Head of Research di Fundstrat Global Advisors Tom Lee.

Sementara itu, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan regulasi perlakuan khusus kepada China dan Hong Kong akan dihentikan sementara. Hal ini disebabkan oleh kebijakan keamanan China kepada Hong Kong yang dianggap mengancam teknologi AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper