Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Asia menguat tipis pada Selasa (8/7/2025), setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuka peluang untuk kembali bernegosiasi, meskipun telah menetapkan tarif baru terhadap sejumlah mitra dagang utama seperti Jepang dan Korea Selatan.
Berdasarkan data Bloomberg, Indeks saham regional MSCI menguat 0,1%. Sementara itu, indeks Topix Jepang menguat 0,15% ke 2.816,03. Kemudian, indeks Kospi Korea Selatan naik 1,24% ke 3.097,49, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,13% pada level 8.600,80.
Setelah mengumumkan kenaikan tarif terhadap sejumlah negara, Trump mengatakan bahwa dirinya masih terbuka untuk pembicaraan lanjutan dan menunda penerapan bea tambahan tersebut hingga paling cepat 1 Agustus. Di Gedung Putih pada Senin waktu setempat, Trump juga mengisyaratkan bahwa pemberitahuan tarif yang diumumkan belum final 100%.
Meski sempat terkoreksi, bursa saham global masih berada dekat rekor tertinggi. Pasar telah pulih dari aksi jual besar pada April lalu—saat gelombang tarif diumumkan—seiring ekspektasi bahwa tenggat tarif akan diperpanjang. Strategi Trump yang kerap mengancam lalu mundur disebut sejumlah analis sebagai pola “TACO” atau “Trump Always Chickens Out”.
“Investor melihat pengumuman tarif terbaru ini lebih sebagai taktik untuk mempercepat negosiasi, bukan keputusan final soal bea masuk,” kata Frederic Neumann, Kepala Ekonom Asia HSBC.
Pada Senin, Trump mengeluarkan surat peringatan tarif pertama dari serangkaian kebijakan yang dirancang untuk menghadapi tenggat 2 April.
Baca Juga
Tarif baru tersebut meliputi bea masuk 25% terhadap produk asal Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia; 32% untuk Indonesia; 35% untuk Bangladesh; 36% untuk Thailand dan Kamboja; serta 40% untuk Laos dan Myanmar.
“Mungkin akan kami sesuaikan sedikit, tergantung situasinya. Kami tidak akan berlaku tidak adil,” ujar Trump, sembari menyebut bahwa AS akan mempertimbangkan secara positif negara-negara yang terus menawarkan konsesi tambahan.
Terlepas dari gejolak pasar akibat tarif, bursa saham global telah pulih dari titik terendah pada April, mencerminkan optimisme bahwa Jepang dan negara lain akan mencapai kesepakatan dengan AS dan mencegah perlambatan ekonomi.
Sejauh ini, ekonomi AS tetap tangguh di tengah ancaman perang dagang global. Data ketenagakerjaan tetap solid dan inflasi masih terkendali. The Federal Reserve (The Fed) pun memilih menunggu dan mengamati bagaimana kebijakan tarif memengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan.
Satu kabar baik dari perkembangan terakhir adalah bahwa tarif baru tidak akan diberlakukan selama Juli. Menurut Ian Lyngen dan Vail Hartman dari BMO Capital Markets, hal ini berarti ada perpanjangan tidak langsung dari masa jeda 90 hari yang sedianya akan berakhir Rabu ini.
“Tanpa periode tambahan ini, prospek ekonomi bisa saja jauh lebih buruk,” tulis keduanya.
Di sisi lain, pejabat India yang mengetahui pembicaraan menyebut bahwa negara tersebut telah mengajukan penawaran terbaik dalam negosiasi perdagangan. Kini, nasib kesepakatan sementara berada di tangan Trump.
India menegaskan tidak akan membuka sektor pangan hasil rekayasa genetika, serta tetap membatasi akses AS ke sektor otomotif dan susu.