Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menguat ke level tertinggi sejak tahun 2012, menyusul kekhawatiran atas gelombang kedua infeksi virus corona dan meningkatnya ketidakpastian di Hong Kong setelah China merilis rincian undang-undang keamanan nasional.
Harga menguat ketika kasus virus corona di sejumlah negara bagian AS melonjak, sementara tingkat infeksi di Jerman naik, dan negara bagian terpadat kedua di Australia, Victoria, memperketat kontrol menyusul lonjakan kasus.
Sementara itu, China mengonfirmasi usulan undang-undang keamanan nasional yang memungkinkan Beijing untuk mengesampingkan sistem hukum Hong Kong. Keputusan ini diperkirakan menambah ketegangan antara China dengan AS.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex untuk kontrak Agustus 2020 terpantau menguat 15,6 poin atau 0,89 persen ke level US$1.768,60 per troy ounce pada pukul 12.09 WIB, tertinggi sejak Oktober 2012.
Harga emas telah menguat 15 persen tahun ini, didukung oleh stimulus dari sejumlah negara untuk membantu rebound ekonomi global yang tertekan oleh kebijakan pembatasan terkait virus corona.
Emas terus mengumpulkan komentar positif, dengan Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan harga akan menyentuh US$2.000 per troy ounce, sementara JPMorgan Chase & Co. mengatakan investor harus mempertahankan kepemilikan emas karena paling berpengaruh pada iklim dengan imbal hasil riil rendah.
Baca Juga
"Pasar bersikap optimis akhir-akhir ini, mengabaikan data dan arus berita yang buruk dan bertaruh pada pemulihan yang kuat, tetapi satu hal yang pasar tidak dapat abaikan adalah perlambatan ekonomi dan ancaman lockdown kedua," kata ahli strategi riset di Pepperstone Ltd, Sean MacLean, seperti dikutip Bloomberg.
"Lalu ada undang-undang keamanan nasional, yang merupakan umpan yang akan ‘dimakan’ oleh pemerintahan Trump," lanjutnya.