Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tepat Tidak Ya Kalau Mau Masuk Pasar Reksa Dana Sekarang?

Valuasi reksa dana di awal Juni ini dinilai masih menarik dan dapat dimanfaatkan oleh investor untuk masuk seiring dengan mulai pulihnya pasar saham dan obligasi. Masuknya investor juga diharapkan dapat mengerek dana kelolaan secara industri.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Valuasi reksa dana di awal Juni ini dinilai masih menarik dan dapat dimanfaatkan oleh investor untuk masuk seiring dengan mulai pulihnya pasar saham dan obligasi. Masuknya investor juga diharapkan dapat mengerek dana kelolaan secara industri.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana secara industri per akhir Mei 2020 tercatat sebesar Rp476,28, sedikit menyusut dibandingkan NAB akhir April 2020 yang sebesar Rp477,65 triliun.

Jumlah NAB ini merupakan yang kedua terendah sepanjang tahun berjalan. Rekor NAB paling rendah sepanjang 2020 ini adalah pada bulan Maret 2020 yang mana dana kelolaan industri reksa dana anjlok menjadi Rp472,77 triliun dari sebelumnya Rp525,27 triliun akibat tertekannya pasar saham.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan turunnya dana kelolaan sepanjang Mei lebih disebabkan adanya momentum Lebaran pada bulan tersebut. Menurutnya di periode ini nasabah cenderung membutuhkan uang tunai sehingga melakukan redemption.

Wawan menyebut penurunan ini berbeda dengan penurunan yang terjadi pada Maret lalu yang mana dana kelolaan terimbas oleh turunnya valuasi aset akibat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar obligasi anjlok.

Dia memproyeksikan seiring dengan market yang mulai rebound, investor yang selama ini wait and see mulai kembali bergerak memasuki pasar reksa dana dan diharapkan dapat mengerek nilai aktiva bersih (NAB) industri.

“Karena [IHSG] reli, di akhir Mei kemarin saya kira jumlah subscribe juga banyak,” kata Wawan kepada Bisnis, Rabu (3/6/2020)

Senada, Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa juga mengaku optimistis dana kelolaan reksa dana mampu kembali meningkat seiring pulihnya kepercayaan pelaku pasar modal.

“Ini tercermin dari rebound-nya IHSG, indeks obligasi, dan nilai tukar rupiah,” kata Alvin saat dihubungi.

Jika ingin kembali masuk pasar reksa dana, Alvin menilai valuasi saat ini masih cukup menarik karena pasar baru mulai rebound sehingga momentum ini dapat dimanfaatkan oleh investor.

“Investor dapat masuk di reksa dana saham dan obligasi,” ujarnya.

Direktur PT Panin Asset Manajemen Rudiyanto menuturkan sebenarnya momentum paling menarik untuk masuk ke reksa dana adalah saat pasar terkoreksi cukup dalam beberapa minggu ke belakang karena harga aset cenderung murah.

“Tapi saat itu kan semua masih wait and see karena masih menebak-nebak arahnya akan ke mana, ya maklum. Sekarang saat pasar mulai naik baru buru-buru mengejar,” imbuhnya.

Senada dengan Alvin, Rudiyanto menyebut di tengah periode awal pemulihan pasar seperti saat ini masih cukup baik untuk mulai kembali masuk ke reksa dana, sebelum harga aset mulai melambung.

Namun, dia mengingatkan para investor untuk tidak mengharapkan potensi apresiasi harga yang sama tinggi dengan potensi yang mungkin terjadi jika mereka masuk saat kondisi pasar anjlok beberapa waktu lalu.

“Seperti [produk yang berbasis obligasi] saat ini kan imbal hasilnya di kisaran 7 persen, tentu apresiasi harganya akan beda saat minggu kemarin yield-nya masih 8 persen. Kalau imbal hasilnya sudah di bawah 6 itu mungkin kita perlu mencermati lagi, tapi selama di atas 6,5 persen, kita masih bisa masuk dengan imbal hasil yang harusnya tidak setinggi beberapa waktu lalu,” jelas Rudiyanto.

Sementara untuk reksa dana saham, Rudiyanto menyarankan investor melakukan cicil beli dengan mencermati kondisi IHSG. Pasalnya, potensi volatilitas di pasar saham masih sangat tinggi seiring dengan pandemi yang masih belum mereda.

“Masuk boleh, tapi bertahap saja. Kalau [IHSG] sedang terkoreksi 1-2 persen, masuk,” katanya.

Direktur PT Sinarmas Asset Manajemen Jamial Salim menilai secara umum investor masih banyak yang mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang akan diambil setelah penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kemarin.

“Investor juga akan melihat apakah kondisi new normal yang akan diberlakukan di bulan Juni ini akan memberikan dampak positif bagi ekonomi,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (3/2/2020)

Menurutnya, kondisi market saat ini masih perlu diwaspadai dengan memperhatikan angka kasus Covid-19 di era new normal, apakah cukup terkendali atau justru malah meningkat. Selain itu faktor eksternal seperti ketegangan AS dengan China masih membayangi.

Seperti yang disebutkan Rudiyanto, Jamial mengatakan bagi investor yang belum masuk ke reksadana saham harusnya dapat memanfaatkan peluang pada saat koreksi IHSG yang cukup dalam.

“Karena menurut saya rebound sudah cukup cepat dan bisa berpotensi ada koreksi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper