Bisnis.com, JAKARTA — Penawaran obligasi negara ritel yang rencananya akan dilakukan oleh pemerintah pada Juni 2020 hingga Juli 2020 akan menjadi pesaing bagi instrumen reksa dana pendapatan tetap.
Pemerintah mengubah rencana penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel. Awalnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan berencana melakukan emisi saving bond ritel (SBR) pada Juni 2020.
Namun, rencana itu berubah dengan mendahulukan penerbitan obligasi negara ritel (ORI). Awalnya, instrumen itu direncanakan akan diterbitkan pada Oktober 2020.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai majunya rencana penerbitan ORI akan berpengaruh kepada pasar reksa dana. Menurutnya, instrumen SBN ritel itu akan menjadi pesain bagi reksa dana pendapatan tetap.
Ramdhan menyebut ORI menargetkan langsung investor ritel. Pembelian juga relatif lebih sederhana didukung skema daring atau online.
“Dari sisi imbal hasil, ORI harus di atas reksa dana pendapatan tetap,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (3/6/2020).
Baca Juga
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJJPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengungkapkan ada perubahan rencana penerbitan SBR menjadi ORI seri ORI017 pada Juni 2020.
Menurutnya, perubahan rencana itu berdasarkan masukan dari para pemangku kepentingan terutama dari para dealer utama yang mengindikasikan preferensi para investor lebih memilih ORI.
“Sebagaimana diketahui, dampak Covid-19 membuat kondisi keuangan sebagian anggota masyarakat terganggu. Namun, disisi lain, sebagian anggota masyarakat lainnya justru memiliki ekses likuiditas atau tambahan dana yang bisa diinvestasikan karena belanja pada bulan puasa dan Lebaran relatif rendah,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (2/6/2020).
Kendati memiliki dana untuk investasi, lanjut dia, para investor juga tetap memerlukan dana untuk berjaga-jaga yang bisa digunakan sewaktu-waktu. Oleh karena itu, menurutnya instrumen ORI lebih sesuai karena dapat diperdagangkan atau tradable.
“Fitur dimana investor bisa menjual ORI di pasar sekunder,” ujarnya.
Deni mengatakan detail penerbitan ORI017 akan disampaikan pada pekan kedua Juni 2020 karena masih dalam tahap finalisasi. Sebagai informasi awal, penarawan akan dilakukan dari akhir Juni 2020 hingga awal Juli 2020.
Dia menuturkan penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel ini merupakan upaya pemerintah untuk menyediakan alternatif investasi yang aman dan menguntungkan.
“[Alternatif investasi] untuk masyarakat yang memiliki dana investasi relatif terbatas, mengingat alternatif pada masa pandemi Covid-19 ini relatif terbatas. Langkah ini juga merupakan bagian dari strategi untuk mengembangkan inklusi keuangan,” tuturnya.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai secara umum belum ada tanda minat terhadap reksa dana berkurang. Menurutnya, investor masih memilih reksa dana dengan underlying obligasi karena pertimbangan besaran pajak.
“Tax rate yang masih lebih rendah dibandingkan dengan beli [obligasi] langsung tanpa melalui reksa dana,” jelasnya.
Budi menilai size ORI biasanya tidak terlalu besar. Dengan demikian, penerbitan instrumen itu menurutnya tidak akan berpengaruh besar terhadap produk reksa dana.
Direktur CSA Institute Aria Santoso meyakini lelang ORI tidak akan menyurutkan minat investor reksa dana. Pasalnya, kedua instrumen itu memiliki peminat masing-masing.
“Sebagaimana para peminat reksa dana pendapatan tetap juga dapat melakukan pembelian unit yang mengandung surat hutang negara,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, reksa dana pendapatan tetap berbasis surat utang atau obligasi pemerintah dinilai memiliki prospek yang lebih menjanjikan. Obligasi pemerintah mendapat katalis positif salah satunya dari adanya perkiraan rencana pemangkasan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 50 basis points (bps) pada Juni 2020.