Bisnis.com, JAKARTA - Peternakan di Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan kinerja ekspor daging ayam akibat anjloknya harga minyak.
Importir AS untuk ayam umumnya adalah negara-negara di Amerika Selatan. Keuntungan dari produksi minyak di negara-negara Amerika Selatan seperti Venezuela dan negara-negara Afrika Barat umumnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan pangan, termasuk impor unggas.
"Ketika harga minyak merosot seperti dialami sekarang, negara-negara ini tidak dapat mengubah uang tunai menjadi makanan," kata Senior VP Urner Barry Russ Whitman.
Kuba yang menjadi importir terbesar produk unggas dari AS diperkirakan akan menjual minyak ketika harga membaik sebelum melakukan impor. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, ekspor kaki ayam ke Kuba turun 35 persen dari periode yang sama pada 2019.
Sementara itu, harga minyak masih jauh di bawah level sebelum Covid-19. Harga minyak Brent masih berada pada kisaran US$37,50 per barel.
Namun, minyak hanyalah salah satu faktor yang memperparah kondisi ekspor AS. Mata uang yang lemah di Meksiko dan Amerika Selatan ikut menyakiti ekspor daging AS.
Baca Juga
Sementara itu, dalam beberapa pekan terakhir, China telah memperlambat pembelian daging dari AS karena permintaan konsumen yang lemah di dalam negeri.
Hal ini diungkapkan oleh Sanderson Farms Inc. kepada para analis dalam pembahasan laporan keuangan.
'Raksasa Asia' China telah membeli unggas dan babi dalam jumlah besar dari AS, tetapi sekarang ada kelebihan pasokan karena restoran di negara tersebut tengah berjuang bertahan hidup dalam fase pelonggaran lockdown setelah wabah Covid-19. Sanderson memperkirakan ekspor produk daging dari AS kemungkinan akan tetap lambat hingga Juni.