Bisnis.com, JAKARTA - Perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat Covid-19 memengaruhi perdagangan dunia. Diperkirakan perdagangan global baru pulih pada 2021.
Bank Indonesia dalam laporannya, Jumat (29/5/2020) menuliskan perlambatan perekonomian dunia akibat pandemi COVID-19 menurunkan permintaan barang-barang ekspor dan impor, sehingga volume perdagangan terkoreksi.
Pada kuartal I/2020, volume perdagangan dunia terkontraksi 2,5%, dipengaruhi dampak pandemi COVID-19 yang dominan di Tiongkok pada Februari dan dampak penyebaran di negara lainnya pada Maret 2020.
Permintaan ekspor AS menurun akibat berkurangnya permintaan dari mitra dagang utamanya, yakni Tiongkok dan Eropa. Permintaan ekspor Eropa juga menurun sejalan dengan melemahnya permintaan dari negara kawasan Eropa lainnya, seperti Inggris dan Swiss.
"Dengan perkembangan tersebut, volume perdagangan dunia pada 2020 diprakirakan terkontraksi dan mulai meningkat pada 2021 sejalan pemulihan perekonomian global," papar Bank Indonesia.
Melemahnya perekonomian global, termasuk perdagangan dunia, berdampak pada penurunan harga komoditas. Harga komoditas ekspor Indonesia yang hingga 15 Mei 2020 secara keseluruhan mengalami kontraksi. Meskipun demikian, harga CPO, nikel dan kopi masih meningkat akibat terbatasnya suplai dan gangguan cuaca.
Baca Juga
Harga komoditas lainnya terutama bahan tambang menurun seiring pelemahan permintaan global. Dengan kondisi tersebut, harga komoditas ekspor Indonesia pada 2020 diperkirakan tumbuh negatif, sejalan kontraksi permintaan yang dalam pada kuartal II/2020.
"Perkembangan ini mengindikasikan pengaruh pelemahan permintaan terhadap harga ekspor diprakirakan lebih dominan dibandingkan dengan gangguan penawaran seperti gangguan distribusi dan logistik," imbuhnya.
Pada 2021, harga komoditas ekspor diprakirakan tumbuh positif didorong perbaikan permintaan global. Harga minyak dunia juga menurun seiring pelemahan permintaan di tengah penurunan produksi oleh OPEC+ dan non OPEC.
TABEL GRAFIK INDEKS PERDAGANGAN DUNIA
Pertumbuhan ekonomi global yang menurun berdampak pada lemahnya tekanan inflasi, meskipun inflasi pangan perlu menjadi perhatian. Inflasi di AS dan Eropa menurun akibat melemahnya permintaan, meski potensi peningkatan inflasi pangan tetap diwaspadai akibat gangguan rantai pasokan global.
Di Tiongkok, inflasi juga mengalami penurunan didorong perbaikan pasokan. Selain itu, tren penurunan inflasi juga didukung oleh ekspektasi inflasi di banyak negara yang menunjukkan penurunan seiring dengan melemahnya kegiatan ekonomi.
Perkembangan indikator breakeven inflation bond mengindikasikan ekspektasi inflasi AS yang menurun. Ekspektasi inflasi di Eropa untuk 2020 juga menurun ke kisaran 1,1% pada Maret 2020 dari sebelumnya 1,4% pada Februari 2020.
TABEL INDEKS HARGA KOMODITAS