Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mirae Rekomendasi Jual Saham Garuda Indonesia (GIAA) 

Pandemi Covid-19 memberikan dampak material terhadap kinerja Garuda Indonesia. Upaya yang dilakukan manajemen sejauh ini dinilai Mirae Asset Sekuritas tidak akan banyak berdampak terhadap kinerja perseroan.
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menurunkan rekomendasi dari Hold menjadi Sell untuk saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. seiring dengan semakin suramnya prospek bisnis penerbangan pada tahun ini.

Dalam risetnya, Analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun menetapkan rekomendasi jual atau sell untuk saham berkode GIAA tersebut. Adapun, target harga tetap dipertahankan pada level Rp195 per saham.

“Pandangan pesimis kami disebabkan oleh kondisi industri penerbangan yang terdampak langsung Covid-19, perkembangan virus corona yang tak terprediksi, dan risiko solvabilitas,” ujarnya, dikutip dari riset, Senin (18/5/2020).

Dia menerangkan bahwa Covid-19 mulai memberikan dampak material terhadap Garuda Indonesia pada Maret 2020. Tingkat penumpang mulai menurun diikuti dengan tingkat utilisasi waktu yang juga keok.

Menurutnya, upaya yang dilakukan manajemen sejauh ini tidak akan banyak berdampak terhadap kinerja perseroan. Pasalnya, dampak yang ditimbulkan Covid-19 lebih besar dari dampak upaya yang dilakukan.

Pada Maret, jumlah penumpang turun 40,9 persen secara tahunan. Tingkat average seat per kilometer (ASK) dan revenue per kilometer (RPK) juga turun masing-masing 30,4 persen dan 52 persen secara tahunan.

Sementara itu utilisasi pesawat turun menjadi 5 jam dari posisi 7 jam pada Maret 2019. Manajemen Garuda Indonesia bahkan menyatakan bahwa utilisasi pada April telah turun sampai 2 jam dan diperkirakan akan terus bertahan sepanjang tahun ini.

Jun menerangkan bahwa yield penumpang turun 16,4 persen pada Maret, sementara harga avtur hanya turun 7,1 persen dengan tingkat penggunaan bahan bakar menurun 31,8 persen.

“Kami memperkirakan akan terjadi penurunan pendapatan pada kuartal I/2020 seiring dengan penurunan RPK yang lebih cepat daripada penurunan penggunaan bahan bakar,” ujarnya.

Dia memperkirakan bahwa penurunan kinerja yang terjadi pada Maret merupakan awalan dari penurunan yang lebih mengerikan. Pergerakan penumpang diperkirakan akan turun lebih dalam seiring dengan pemberlakuan PSBB dan larangan mudik.

Di sisi lain, perusahaan pelat merah ini juga punya masalah dengan sukuk global senilai US$500 juta yang akan jatuh tempo pada Juni 2020. Proses restrukturisasi yang masih berjalan diharapkan dapat membantu menyelesaikan risiko solvabilitas perusahaan.

Sebagai tambahan, kekhawatiran terhadap kinerja Garuda Indonesia juga meningkat lantaran potensi tertunda atau dibatalkannya penerbangan haji. Pada tahun lalu, penerbangan haji berkontribusi sekitar 5 persen terhadap pendapatan.

Untuk menghadapi berbagai persoalan itu, perseroan saat ini berfokus pada bisnis kargo dan penerbangan tidak terjadwal. Hal ini juga diiringi dengan upaya efisiensi dan penurunan beban.

Namun, Jun menilai taktik tersebut tidak akan mampu menutupi potensi kerugian Garuda Indonesia pada tahun ini. Meski bisnis kargo dan penerbangan tidak terjadwal cukup menguntungkan, kontribusinya masih tergolong rendah.

“Manajemen telah melakukan beberapa strategi untuk menahan dampak pandemi Covid-19, tapi kami pikir strategi itu tidaklah cukup untuk membendung pertumbuhan laba negatif pada tahun ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper