Bisnis.com,JAKARTA — PT Adaro Energy Tbk. meningkatkan efisiensi serta memastikan disiplin pengeluaran dan menjaga posisi keuangan yang sehat untuk menghadapi tantangan kuartal II/2020.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2020, Adaro Energy membukukan pendapatan US$750,46 juta. Realisasi itu turun 11,34 persen dari US$846,48 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Di sisi profit, perseroan mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$98,17 juta per 31 Maret 2020. Pencapaian itu turun 17,36 persen dibandingkan dengan US$118,79 pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Febriati Nadira menjelaskan bahwa penurunan laba bersih sejalan dengan penurunan harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) sebesar 17 persen. Menurutnya, harga batu bara yang lemah makin tertekan oleh penurunan permintaan akibat lesunya ekonomi global di tengah penerapan lockdown terkait Covid-19.
“Kedua segmen batu bara termal dan metalurgi di operasi pertambangan batu bara Adaro Energy terdampak oleh hal ini, seiring penurunan harga batu bara global,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (15/5/2020).
Kendati demikian, emiten bersandi saham ADRO itu menyebut volume produksi perseroan masih naik 5 persen secara year-on-year (yoy) menjadi 14,41 juta ton pada kuartal I/2020. Sementara itu, volume penjualan naik 8 persen secara yoy menjadi 14,39 juta ton sejalan dengan permintaan dan operasional yang masih baik sepanjang Januari-Maret 2020.
Baca Juga
Dari sisi beban pokok pendapatan, ADRO melaporkan penurunan 5 persen secara tahunan menjadi US$552 juta. Hal itu seiring dengan turunnya nisbah kupas yang sejalan dengan panduan perseroan.
ADRO telah menurunkan panduan untuk nisbah kupas tahun menjadi 4,3 kali. Biaya kas batu bara per ton turun 12 persen secara tahunan kerena kenaikan produksi, penurunan nisbah kupas, serta penurunan biaya bahan bakar secara tahunan.
Perseroan melaporkan total konsumsi bahan bakar turun 11 persen. Penurunan nisbah kupas mendorong penurunan aktivitas.
ADRO juga melaporkan belanja modal bersih US$56 juta pada kuartal I/2020. Perseroan menghasilkan arus kas bebas senilai US$96 juta pada Januari-Maret 2020.
Febriati mengklaim model bisnis yang terintegrasi dan efisien terbukti berhasil menghadapi siklus batu bara. Menurutnya, pilar non batu bara akan terus memberikan kontribusi yang stabil kepada ADRO serta menjadi penyeimbang volatilitas batu bara.
Febriati mengatakan perseroan senantiasa meningkatkan efisiensi, memastikan disiplin pengeluaran, dan menjaga posisi keuangan yang sehat di tengah periode yang penuh tantangan bagi ekonomi dan pasar batu bara global saat ini.
Pada saat yang bersamaan, lanjut dia, ADRO harus melindungi kesehatan dan keselamatan para karyawan untuk menjaga operasi yang aman dan andal.
“Kami tetap yakin dengan fundamental jangka panjang pasar batu bara termal karena wilayah seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan terus berupaya untuk mengembangkan sektor ketenagalistrikan,” imbuh Febriati.