Bisnis.com, JAKARTA—Eastspring Investments mengambil langkah strategis di tengah gejolak pasar yang terjadi sejak akhir tahun dengan mengutamakan aset pendapatan tetap dan fokus pada saham berfundamental kuat.
Chief Investment Officer Eastspring Investment Ari Pitojo mengatakan ketidakpastian di pasar modal muncul baik dari sentimen global maupun sentimen domestik. Untuk itu, manajer investasi ini lebih menyukai aset-aset pendapatan tetap dibandingkan dengan instrumen saham.
Sejak akhir Februari 2020,, Eastspring sudah menempatkan strategi underweight pada kelas aset saham dan melakukan penempatan kas yang cukup banyak. Mereka juga fokus berinvestasi pada sektor yang secara jangka panjang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi seperti sektor perbankan.
“Dalam hal pemilihan saham, kami memilih saham-saham yang berfundamental baik dan punya pendanaan yang kuat,” tulisnya dalam laporan riset harian yang diterima Bisnis, Senin (9/3/2020)
Selain itu, Ari menjelaskan portofolio juga bersandar pada sektor-sektor defensif yang cenderung tahan banting di saat pertumbuhan ekonomi sedang mengalami perlambatan seperti sektor berbasis konsumsi, kesehatan dan komunikasi.
Meskipun demikian, secara jangka panjang Ari menilai kondisi ekonomi Indonesia masih cukup baik dibandingkan negara lainnya. Adapun komponen konsumsi domestik diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi kedepannya.
“Pada tahun 2020 ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5,0 persen serta laba perusahaan akan tumbuh 1,1 persen Koreksi yang dalam akan memberikan kesempatan beli dan akumulasi yang baik,” tambah Ari.
Pada perdagangan hari Senin (09/03/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi dengan penurunan cukup dalam -6,6 persen ke level 5.137, yang merupakan level terendah dalam tiga tahun terakhir dan penurunan harian terdalam dalam 8,5 tahun terakhir.
Semua indeks sektoral tercatat negatif, sektor aneka industri mengalami kerugian paling banyak yaitu -9,42 persen, disusul oleh sektor pertanian -7,92 persen dan sektor industri dasar dan kimia -7,35 persen.
Tak hanya IHSG, seluruh bursa dunia cukup tertekan pada perdagangan hari ini yang dipicu oleh menurunnya harga minyak sedalam 26% ke level $33,32/barrel akibat dari ketidaksepakatan antara OPEC dan Rusia mengenai jumlah produksi yang berbuntut pemangkasan harga jual minyak Arab Saudi.
Di pasar Asia, perdagangan hari ini ditutup dengan Indeks Nikkei turun -5,07 persen, indeks Hang Seng -4,23 persen, indeks Shanghai -3,01 persen, indeks Shenzhen -3,79 persen dan indeks KOSPI -4,19 persen.