Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan logam, PT Vale Indonesia Tbk., mencatat penurunan produk nikel dalam matte sebesar 5 persen sepanjang 2019.
Dilansir dari keterbukaan informasi perseroan di lBursa Efek Indonesia (BEI), volume produksi Vale pada 2019 mencapai 71.025 ton, lebih rendah dibandingkan realisasi pada 2018 sebanyak 74.806 ton. Kendati secara tahunan produksi turun, secara kuartalan Vale mencatat kenaikan produksi sebesar 3 persen menjadi 20.404 ton pada kuartal IV/2019.
Senior Manager Communication Vale, Suparam Bayu Aji mengatakan penurunan produksi nikel dalam matte sudah diprediksi oleh perseroan. Penurunan produksi, lanjutnya terjadi karena perseroan melakukan perawatan infrastruktur tambang. Salah satu perawatan yang cukup besar yaitu peremajaan Bendungan Larona Kanal Lining untuk memastikan pasokan air ke pembangkit listrik tenaga air (PLTA) stabil.
Baca Juga
“Jadi karena sumber tenaganya berkurang , produksi pasti akan tercatat lebih rendah,” ujar Bayu kepada Bisnis.com, Selasa (11/2/2020).
Menurut Bayu, realisasi produksi tidak akan seturut dengan penjualan karena harga nikel sepanjang 2019 bergerak naik. Berdasarkan data Bloomberg, pada 2019 harga nikel menguat tajam 32,93 persen. Harga nikel bahkan sempat menyentuh level menyentuh level US$18.885 per ton, level tertinggi sejak 2014.
Pada 2020, emiten bersandi saham INCO menargetkan pertumbuhan produksi yang cenderung moderat dan hampir sama dengan realisasi produksi pada 2019 di kisaran 71.000 ton s.d 73.000 ton. INCO juga belum bisa membeberkan proyeksi kenaikan pendapatan pada tahun ini.