Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu memperpanjang penguatannya bersama nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya daya tarik aset berisiko.
Di sisi lain, minat investor terhadap aset investasi aman (safe haven) semakin luntur. Baik harga emas Comex maupun Antam terus terkoreksi.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Jumat (10/1/2020):
IHSG Ditutup Naik Tipis, UNVR dan MEGA Penekan Utama
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik tipis 0,01 persen atau 0,45 poin di level 6.274,94.
Lima dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin tambang (+1,54 persen) dan perdagangan (+0,54 persen). Empat sektor lainnya berakhir di wilayah negatif, dipimpin industri dasar (-0,70 persen).
Saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang masing-masing naik 4,34 persen dan 0,51 persen menjadi pendorong utama IHSG.
Sebaliknya, pelemahan saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan PT Bank Mega Tbk. (MEGA) masing-masing sebesar 1,20 persen dan 8,33 persen menjadi penekan utama sekaligus menahan kenaikan IHSG.
Pasar Saham Global Menguat Tunggu Laporan Pekerjaan AS
Pergerakan pasar saham global menguat pada perdagangan sore ini, Jumat (10/1/2020), menjelang rilis laporan pekerjaan di Amerika Serikat.
Tanda-tanda bahwa AS dan Iran telah mundur dari jurang perang membantu menghidupkan kembali minat investor terhadap aset-aset berisiko pertengahan pekan ini.
Terkait perdagangan AS-China, kementerian perdagangan China mengonfirmasikan bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He akan menandatangani kesepakatan fase pertama di Washington pekan depan.
Nilai tukar rupiah lanjut ditutup menguat 82 poin atau 0,59 persen di level Rp13.772 per dolar AS, setelah terapresiasi 46 poin dan berakhir di posisi 13.854 pada Kamis (9/1).
Menurut Analis Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail, penguatan rupiah di antaranya didorong de-eskalasi tensi geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran.
Sementara itu, Christy Tan, kepala analis pasar di National Australia Bank Ltd. di Singapura, berpendapat mata uang Asia akan berada dalam ‘pola holding’ karena pasar menunggu data payroll AS malam ini, pemilu Taiwan pada Sabtu (11/1) dan penandatanganan perjanjian perdagangan fase satu AS-China pekan depan.
“Pasar telah kembali pada aset berisiko karena risiko geopolitik dari konflik AS-Iran tampaknya telah menghilang, tetapi tidak akan terlalu bullish,” tutur Tan, dikutip dari Bloomberg.
Rupee Diproyeksi Kalahkan Rupiah, Baht, dan Ringgit Tahun Ini
Rupee India kemungkinan akan mengalahkan sebagian besar mata uang di Asia tahun ini, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dalam negerinya yang diproyeksi tumbuh lebih baik daripada 2019.
Kepala Ekonom Internasional Rabobank India Hugo Erken mengatakan pelemahan ekonomi terburuk India telah berlalu tahun lalu, sedangkan hingga saat ini masih terdapat beberapa negara di Asia yang mengalami beberapa kejutan perlambatan hingga 2020.
“Rupee mungkin hanya akan melemah kurang dari 1 persen selama 12 bulan ke depan, sedangkan rupiah Indonesia mungkin jatuh 7 persen, baht Thailand 11 persen, dan ringgit Malaysia turun 9 persen,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg.
Pembatasan Impor Sawit India Bisa Picu Perang Harga Malaysia-Indonesia
Keputusan India untuk membatasi impor minyak kelapa sawit olahan dari Malaysia dinilai akan memicu perang harga dengan pemasok minyak sawit terbesar lainnya, Indonesia.
Ketua Asosiasi Penyulingan Kelapa Sawit Malaysia (PORAM) Jamil Haron mengatakan pembatasan impor minyak kelapa sawit olahan Malaysia oleh India akan membuat Negeri Jiran harus bersaing dalam penjualan minyak kelapa sawit mentah ke India dengan Indonesia, yang lebih kompetitif dari segi biaya.
“Ini membuat Indonesia dan Malaysia akan berselisih. Akan ada perang harga antara Indonesia dan Malaysia, dan kami akan kalah,” ujarnya seperti dilansir Reuters.
Harga emas Comex untuk kontrak Februari 2020 lanjut turun 2,10 poin atau 0,14 persen ke level US$1.552,20 per troy ounce pukul 15.51 WIB, setelah ditutup melemah 0,38 persen di posisi 1.554,30 pada Kamis (9/1/2020).
"Telah terjadi lonjakan minat aset berisiko di kalangan investor setelah ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran mereda. Hal itu, bersama dengan dolar AS yang menguat, membebani emas,” ujar konsultan Quantitative Commodity Research Peter Fertig, dikutip dari Reuters.
Indeks dolar AS, yang melacak kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, naik 0,07 persen ke level 97,520 pukul 15.51 WIB, menuju kenaikan hari keempat berturut-turut.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta ikut turun Rp5.000 menjadi level Rp777.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas terkoreksi Rp6.000 menjadi Rp690.000 per gram.