Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Flat, Rupiah Terdepresiasi Tipis di Pasar Spot

Nilai tukar rupiah tergelincir dari penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan melemah tipis pada pembukaan perdagangan pertama Tahun Baru, Kamis (2/1/2020).
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah tergelincir dari penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan melemah tipis pada pembukaan perdagangan pertama Tahun Baru, Kamis (2/1/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di level Rp13.879 per dolar AS dengan depresiasi 13 poin atau 0,09 persen dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan terakhir sebelum libur Tahun Baru, Selasa (31/12/2019), rupiah mampu berakhir di level Rp13.866 per dolar AS dengan apresiasi 59 poin atau 0,42 persen.

Mata uang lainnya di Asia cenderung bergerak variatif pada pagi ini (Kamis, 2/1/2020). Ringgit Malaysia terpantau menguat 0,21 persen, sedangkan won Korea Selatan melemah 0,13 persen terhadap dolar AS.

Seiring dengan pergerakan mata uang Asia, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau bergerak flat di level 96,444 pukul 08.16 WIB.

Pada perdagangan Rabu (1/1), pergerakan indeks dolar AS ditutup menguat 0,06 persen atau 0,056 poin di level 96,445.

Meski demikian, kepastian penandatanganan perjanjian dagang fase pertama antara pemerintah AS dan China diyakini akan memberikan dorongan penguatan rupiah pada perdagangan Kamis (2/1).

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi, rupiah membuka awal perdagangan 2020 di kisaran Rp13.890 per dolar AS. Menurutnya, ada beberapa faktor eksternal yang memengaruhi nilai tukar rupiah pada hari pertama pembukaan pasar pascalibur Tahun Baru 2020.

“Secara garis besar, ekonomi global pada 2020 diperkirakan akan kembali stabil berkat optimise dari kesepakatan perdagangan fase pertama antara AS-China,” ujar Ibrahim.

Di sisi lain, ekonomi China terus menunjukkan tandatanda stabilisasi, yang terlihat dari indeks manajer pembelian manufaktur. Data Biro Statistik Nasional China yang dirilis pada Selasa (31/12) menunjukkan indeks manajer pembelian manufaktur berada di level 50,2.

Di dalam negeri, Ibrahim menambahkan, pasar memberikan apresiasi terhadap pemerintah karena hari pertama tahun baru berjalan cukup kondusif meskipun terjadi bencana banjir di beberapa wilayah.

Stabilitas dalam negeri pada awal tahun juga terjaga baik dan optimisme pasar kembali positif sehingga arus modal asing diyakini akan kembali masuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper