Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut pada perdagangan pertama Tahun Baru 2020, saat bursa Asia justru memantapkan relinya.
Nilai tukar rupiah pun ditutup melemah di tengah situasi pasar yang masih cenderung sepi dan aksi ambil untung oleh para investor.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Kamis (2/1/2020):
Rupiah Melemah, IHSG Berakhir Tak Bergairah
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,25 persen atau 15,96 poin di level 6.283,58.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin pertanian (-2,21 persen) dan infrastruktur (-1,03 persen). Dua sektor lainnya, barang konsumen dan finansial, masing-masing mampu ditutup naik 0,31 persen dan 0,13 persen.
Adapun dari 671 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 164 saham menguat, 246 saham melemah, dan 261 saham stagnan.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang masing-masing turun 1,51 persen dan 2,98 persen menjadi penekan utama IHSG.
China Longgarkan Kebijakan Moneter, Bursa Asia Tambah Kuat di Awal Tahun
Bursa Asia berhasil mengawali tahun 2020 dengan pergerakan positif pada perdagangan hari ini, didorong oleh pasar China setelah Beijing melonggarkan kebijakan moneter untuk menopang perekonomiannya.
Pada saat yang sama, investor menyambut kabar gembira bahwa pemerintah Amerika Serikat dan China akan menandatangani sebuah kesepakatan perdagangan setelah tarik ulur negosiasi selama berbulan-berbulan.
Melalui akun Twitter miliknya pada Selasa (31/12/2019), Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama dengan China pada 15 Januari 2020.
Rupiah Ditutup Melemah pada Perdagangan Awal 2020
Rupiah ditutup melemah pada awal perdagangan tahun ini seiring dengan situasi pasar yang masih cenderung sepi dan aksi ambil untung oleh para investor.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp13.893 per dolar AS, melemah 0,2 persen atau 28 poin. Padahal, rupiah menutup 2019 dengan menguat di kisaran level Rp13.880 per dolar AS.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan situasi pasar pada awal perdagangan tahun ini masih cukup sepi, tercermin dari fluktuasi harga yang relatif stabil.
“Pelaku pasar tampak enggan melakukan pembelian dan justru melakukan aksi ambil untung,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (2/1).
China akan Kurangi Impor Batu Bara pada 2020
China, konsumen batu bara terbesar di dunia, diyakini akan mengurangi impor bahan bakar fosil pada 2020, setelah melakukan impor besar-besaran sepanjang 2019 dan dinilai akan mengurangi ekspor terutama dari Australia dan Indonesia.
Mayoritas analis menilai pengurangan impor pada 2020 didasari oleh prospek kenaikan pasokan batu bara domestik karena Negeri Panda tersebut tengah mempromosikan operasional tambang di dalam negeri yang lebih besar dan lebih efisien untuk mengurangi ketergantungan China terhadap bahan bakar fosil tersebut.
Berdasarkan data pemerintah China, impor batu bara untuk listrik dan baja dalam 11 bulan pertama 2019 sebesar 299 juta ton atau 10% lebih tinggi dari periode yang sama pada 2018. Jumlah impor itu juga merupakan rekor pembelian terbesar China sepanjang periode tersebut.
Harga emas Comex untuk kontrak Februari 2020 terpantau turun tipis 0,40 poin atau 0,03 persen ke level US$1.522,70 per troy ounce pukul 15.51 WIB.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, menguat 0,09 persen atau 0,090 poin ke posisi 96,535.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta bertahan di level Rp762.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas dipatok senilai Rp678.000 per gram.