Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, IHSG Berakhir Tak Bergairah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal rebound dari pelemahannya dan mengakhiri perdagangan pertama Tahun Baru, Kamis (2/1/2020), di zona merah pascarilis data inflasi.
Pekerja berjalan di dekat monitor pergerakan bursa saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2020 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020)./ ANTARA - Hafidz Mubarak A
Pekerja berjalan di dekat monitor pergerakan bursa saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2020 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020)./ ANTARA - Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal rebound dari pelemahannya dan mengakhiri perdagangan pertama Tahun Baru, Kamis (2/1/2020), di zona merah pascarilis data inflasi.

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup di level 6.283,58 dengan pelemahan 0,25 persen atau 15,96 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (30/12/2019), sesi perdagangan terakhir sebelum libur Tahun Baru,  IHSG menutup pergerakannya di level 6.299,54 dengan pelemahan 0,47 persen atau 29,77 poin.

Padahal, pergerakan indeks sempat bangkit ke zona hijau dengan dibuka naik 0,22 persen atau 13,59 poin di posisi 6.313,13 pada Kamis (2/1). Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.263,68 – 6.317,01.

Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin pertanian (-2,21 persen) dan infrastruktur (-1,03 persen). Dua sektor lainnya, barang konsumen dan finansial, masing-masing mampu ditutup naik 0,31 persen dan 0,13 persen.

Adapun dari 671 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 164 saham menguat, 246 saham melemah, dan 261 saham stagnan.

Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang masing-masing turun 1,51 persen dan 2,98 persen menjadi penekan utama IHSG.

Di sisi lain, kenaikan harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk. (CPIN) masing-masing sebesar 0,98 persen dan 1,15 persen menjadi pendorong utama sekaligus membatasi besarnya pelemahan IHSG.

Data Inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2019 tercatat mengalami inflasi 0,34 persen, sehingga inflasi sepanjang 2019 mencapai 2,72 persen.

Inflasi bulan ke bulan tercatat 0,34 persen atau terendah dibandingkan dengan inflasi mtm 2017 dan 2018. Adapun secara tahunan, inflasi 2019 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan 2017 dan 2018 yang masing-masing 3,16 persen dan 3,13 persen.

“Laju inflasi tersebut jauh di bawah target pemerintah yang mencapai 3 persen-an. Dari 82 kota IHK, 72 kota mengalami inflasi, dan 10 kota mengalami deflasi," jelas Kepala BPS Kecuk Suhariyanto kepada pers.

Perolehan inflasi Indonesia pada 2019 merupakan catatan terendah dalam 1 dekade terakhir. Berdasarkan data dari BPS, perolehan inflasi yang berada di bawah 3% terakhir terjadi pada 2009. Kala itu, Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,78%.

Sejak 2015, tingkat inflasi tahunan Indonesia relatif stabil pada kisaran 3%. Adapun pada 2012 hingga 2014 perolehan inflasi tahunan masing-masing sebesar 4,30%, 8,38%, dan 8,36%.

“Sebelumnya lagi pada 1999 Indonesia juga pernah mengalami inflasi di bawah 3%. Selebihnya relatif stabil,” ungkap Kecuk.

Rupiah Melemah, IHSG Berakhir Tak Bergairah

Bersama IHSG, nilai tukar rupiah ditutup melemah 27 poin atau 0,19 persen di level Rp13.893 per dolar AS, setelah berakhir terapresiasi 59 poin di poisisi 13.866 pada Selasa (31/12).

Sementara itu, indeks saham lainnya di Asia mayoritas mampu berakhir di zona hijau pada Kamis (2/1), di antaranya indeks Hang Seng Hong Kong (+1,25 persen), serta Shanghai Composite dan CSI 300 China yang masing-masing naik tajam 1,15 persen dan 1,93 persen.

Secara keseluruhan, bursa Asia berhasil mengawali tahun 2020 dengan pergerakan positif pada perdagangan hari ini, didorong oleh pasar China setelah Beijing melonggarkan kebijakan moneter untuk menopang perekonomiannya.

Pada saat yang sama, investor menyambut gembira kabar bahwa pemerintah Amerika Serikat dan China akan menandatangani sebuah kesepakatan perdagangan setelah tarik ulur negosiasi selama berbulan-berbulan.

Reli di Asia juga mengikuti akhir yang bullish menjelang akhir tahun di bursa Wall Street AS pada Selasa (31/12/2019), dengan indeks Dow Jones (+0,27 persen), S&P 500 (+0,29 persen), dan Nasdaq Composite (+0,3 persen).

Kesepakatan Dagang

Melalui akun Twitter miliknya pada Selasa (31/12/2019), Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama dengan China pada 15 Januari 2020.

Rupiah Melemah, IHSG Berakhir Tak Bergairah

Menurut Trump, seremoni penandatanganan kesepakatan tersebut akan dilakukan di Gedung Putih. Ia juga mengatakan akan melakukan kunjungan ke Beijing untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan fase kedua.

Meningkatnya harapan untuk resolusi perang dagang AS-China membantu mendorong pasar saham global mencapai rekor level tertinggi pada akhir tahun lalu.

Selain itu, pada Rabu (1/1/2020), People’s Bank of China menyatakan akan memangkas jumlah cadangan uang tunai perbankan, melepaskan sekitar 800 miliar yuan (US$114,9 miliar) dana untuk pinjaman, efektif mulai 6 Januari.

Meski ekonomi China telah mulai menunjukkan tanda-tanda bottoming out, sejumlah analis memperkirakan pertumbuhan lebih lanjut akan meningkatkan pergerakan dalam beberapa bulan mendatang.

“Saya pikir sudut moneter dalam hal apa artinya bagi perusahaan-perusahaan, tidak begitu penting,” ujar Jim McCafferty, kepala riset ekuitas di Nomura, Hong Kong.

"Namun, arti dari sudut pandang konsumen, jika ada aliran uang dan individu-individu dapat meminjam dengan murah dan membayar utang dengan cepat, maka ini tentu saja akan membantu ekonomi dan perusahaan,” jelasnya, seperti dilansir dari Reuters.

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

TLKM

-1,51

BRPT

-2,98

ASII

-0,72

ADRO

-3,86

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

BMRI   

+0,98

CPIN

+1,15

BBRI

+0,23

SMGR

+1,67

Sumber: Bloomberg

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper