Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah ditutup melemah pada awal perdagangan tahun ini, Kamis (2/12/2020), seiring dengan situasi pasar yang masih cenderung sepi dan aksi ambil untung oleh para investor.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp13.893 per dolar AS, melemah 0,2 persen atau 28 poin. Padahal, rupiah menutup 2019 dengan menguat di kisaran level Rp13.880 per dolar AS.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan situasi pasar pada awal perdagangan tahun ini masih cukup sepi, tercermin dari fluktuasi harga yang relatif stabil.
“Pelaku pasar tampak enggan melakukan pembelian dan justru melakukan aksi ambil untung,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (2/1).
Kendati demikian, sesungguhnya rupiah dibayangi sentimen positif seiring dengan optimisme pasar terkait pertumbuhan ekonomi global yang akan berangsur pulih pada 2020. Hal itu terjadi akibat AS dan China yang siap untuk meneken kesepakatan perdagangan tahap pertama pada 15 Januari di Gedung Putih.
Selain itu, bank sentral China juga telah memangkas jumlah uang tunai yang harus dimiliki bank sebagai cadangan, melepaskan sekitar 800 miliar yuan atau setara US$114,91 miliar untuk menopang perekonomian.
Baca Juga
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi 2019, yang hanya sebesar 2,72 persen sekaligus menjadi yang terendah sejak 1999. Sementara itu, laju inflasi inti tercatat 3,02 persen, sedikit melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang berada di level 3,07 persen.
“Inflasi terkendali sesuai dengan apa yang diinginkan pemerintah. Namun, inflasi tersebut tidak serta-merta membawa rupiah kembali menguat dan wajar kalau di penutupan pasar sore ini rupiah ditutup melemah,” terang Ibrahim.
Dia memprediksi rupiah menguat pada perdagangan Jumat (3/1), dengan bergerak di kisaran Rp13.863-Rp13.910 per dolar AS.