Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia berhasil mengawali tahun 2020 dengan pergerakan positif pada perdagangan hari ini, Kamis (2/1/2020), didorong oleh pasar China setelah Beijing melonggarkan kebijakan moneter untuk menopang perekonomiannya.
Pada saat yang sama, investor menyambut kabar gembira bahwa pemerintah Amerika Serikat dan China akan menandatangani sebuah kesepakatan perdagangan setelah tarik ulur negosiasi selama berbulan-berbulan.
Berdasarkan data Reuters, indeks futures Euro Stoxx 50 menguat 0,62 persen dan indeks futures FTSE naik 0,31 persen. Indeks futures AS juga mengindikasikan awal yang baik di bursa Wall Street AS.
Adapun indeks saham MSCI Asia Pacific selain Jepang naik 0,43 persen, setelah membukukan penguatan sebesar 5,6 persen pada Desember 2019.
Reli di Asia mengikuti akhir yang bullish menjelang akhir tahun di bursa Wall Street AS pada Selasa (31/12/2019), dengan indeks Dow Jones (+0,27 persen), S&P 500 (+0,29 persen), dan Nasdaq Composite (+0,3 persen).
Melalui akun Twitter miliknya pada Selasa (31/12/2019), Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama dengan China pada 15 Januari 2020.
Menurut Trump, seremoni penandatanganan kesepakatan tersebut akan dilakukan di Gedung Putih. Ia juga mengatakan akan melakukan kunjungan ke Beijing untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan fase kedua.
Meningkatnya harapan untuk resolusi perang dagang AS-China telah membantu mendorong pasar saham global mencapai rekor level tertinggi pada akhir tahun lalu.
Sementara itu, indeks saham blue chip CSI300 China, salah satu indeks dengan kinerja terbaik di dunia tahun lalu, melonjak 1,86 persen pada Kamis (2/1) ke level tertingginya sejak 7 Februari 2018. Relinya diikuti indeks Hang Seng Hong Kong yang menguat 1,05 persen.
Pada Rabu (1/1/2020), People’s Bank of China menyatakan akan memangkas jumlah cadangan uang tunai perbankan, melepaskan sekitar 800 miliar yuan (US$114,9 miliar) dana untuk pinjaman, efektif mulai 6 Januari.
Meski ekonomi China telah mulai menunjukkan tanda-tanda bottoming out, sejumlah analis memperkirakan pertumbuhan lebih lanjut akan meningkatkan pergerakan dalam beberapa bulan mendatang.
“Saya pikir sudut pandang moneter dalam hal apa artinya bagi perusahaan-perusahaan, tidak begitu penting,” ujar Jim McCafferty, kepala riset ekuitas di Nomura, Hong Kong, dilansir dari Reuters.
"Namun, arti dari sudut pandang konsumen, jika ada aliran dana yang mudah dan individu-individu dapat meminjam dengan murah juga membayar utang dengan cepat, maka ini tentu saja akan membantu ekonomi dan perusahaan,” jelasnya.
McCafferty lanjut mengatakan bawah pemulihan chip memori dan pengembangan handset baru yang didorong oleh peluncuran teknologi seluler 5G dapat membantu mengangkat pasar ekuitas seperti Korea Selatan dan Taiwan tahun ini.