Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak tergelincir dari reli penguatannya dan berakhir melemah bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Di tengah pelemahan saham pada umumnya, harga emas Comex yang kerap diburu di kala ketidakpastian geopolitik mampu rebound dan bergerak positif.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Selasa (10/12/2019):
IHSG Berakhir di Zona Merah Usai 3 Hari Reli
Pergerakan IHSG ditutup terkoreksi 0,17 persen atau 10,29 poin di level 6.183,5, setelah mampu mencetak reli kenaikan tiga hari perdagangan beruntun sebelumnya sejak perdagangan Kamis (5/12).
Tujuh dari sembilan sektor berakhir terkoreksi, dipimpin pertanian (-0,87 persen) dan barang konsumen (-0,68 persen). Adapun sektor tambang dan finansial masing-masing mampu ditutup naik 0,99 persen dam 0,06 persen.
Dari 667 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 167 saham menguat, 226 saham melemah, dan 274 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing turun 0,47 persen dan 1,43 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG pada akhir perdagangan.
Setelah 5 Hari Menghijau, Rupiah Terkoreksi Tipis
Rupiah gagal bertahan di zona hijau setelah menguat selama lima hari perdagangan berturut-turut dan ditutup melemah pada perdagangan Selasa (10/12/2019) di tengah ketidakpastian sengketa perdagangan antara AS dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.020 per dolar AS, melemah tipis 0,07% atau10 poin dari penutupan hari sebelumnya.
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa sentimen penggerak rupiah pada pekan ini masih dipengaruhi sentimen eksternal, menanti pertemuan antara AS dan China.
Bursa Asia Kompak Turun, Investor Tunggu Agenda Penting Berikut
Bursa Asia kompak melemah bersama bursa saham di Eropa pada perdagangan sore ini, Selasa (10/12/2019), menjelang pertemuan kebijakan moneter sejumlah bank sentral dan datangnya tenggat waktu pengenaan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap impor China.
Sementara itu, indeks futures di AS berjuang menentukan arahnya seiring dengan penantian investor akan kabar mengenai apakah pemerintah AS akan merealisasikan rencana kenaikan tarif terhadap impor China pada 15 Desember.
Investor tampaknya menahan perdagangan yang agresif menjelang pelaksanaan beberapa agenda penting dalam beberapa hari ke depan, mulai dari pertemuan kebijakan bank sentral AS Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa, hingga pemilihan umum di Inggris.
Industri Kopi Vietnam Lesu, Petani Beralih ke Alpukat
Industri kopi di Vietnam dilaporkan tengah lesu, terbebani oleh tren melemahnya harga acuan global. Para petani lebih senang menanam alpukat, durian, dan markisa.
Asosiasi Kopi dan Kakao Vietnam memperkirakan, produksi kopi di negara mereka akan jatuh sekitar 15% pada musim 2019/2020 dari perkiraan 1,65 juta ton pada musim 2018/2019.
“Perbankan tengah mengetatkan pinjaman untuk petani kopi dan bisnis perdagangan kopi, dan beberapa firma mengalami kerugian karena rendahnya harga pada musim lalu,” ujar ketua Asosiasi Kopi dan Kakao Vietnam Luong Van Tu dalam konferensi industri seperti dikutip dari Bloomberg.
Harga emas Comex untuk kontrak Februari 2020 terpantau naik 3,10 poin atau 0,21 persen ke level US$1.468 per troy ounce pukul 15.51 WIB, seiring dengan melemahnya indeks dolar AS.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, melemah 0,07 persen atau 0,064 poin ke posisi 97,580.
Sebaliknya di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta turun Rp1.000 menjadi Rp743.000 per gram. Harga pembelian kembali atau buyback emas ikut berkurang Rp1.000 menjadi Rp658.000 per gram.