Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah gagal bertahan di zona hijau setelah menguat selama lima hari perdagangan berturut-turut dan ditutup melemah pada perdagangan Selasa (10/12/2019) di tengah ketidakpastian sengketa perdagangan antara AS dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.020 per dolar AS, melemah tipis 0,07% atau10 poin dari penutupan hari sebelumnya. Pada pertengahan perdagangan rupiah sempat menguat cukup baik dan menyentuh level Rp13.990 per dolar AS, level tertinggi sejak 6 November.
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa sentimen penggerak rupiah pada pekan ini masih dipengaruhi sentimen eksternal, menanti pertemuan antara AS dan China.
“Meskipun kesepakatan dagang AS dan China sering kali dikabarkan semakin dekat, kedua negara kerap mengeluarkan komentar yang dapat meningkatkan ketegangan dagang sehingga memberikan sentimen negatif aset berisiko, termasuk rupiah,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Selasa (10/12/2019).
Kendati demikian, sesungguhnya rupiah mendapat dukungan seiring dengan data ekonomi dalam negeri yang berhasil dirilis lebih baik daripada perkiraan pasar. Bank Indonesia melaporkan indeks keyakinan konsumen domestik berhasil meningkat dan penjualan ritel juga tumbuh positif.
Dia memperkirakan pada perdagangan Rabu (11/12/2019) rupiah berpotensi untuk menguat di kisaran Rp13.990 per dolar AS hingga Rp14.040 per dolar AS.
Baca Juga
Sementara itu, Pedagang FX INTL FCStone di Singapura Mingze Wu mengatakan bahwa masih ada harapan yang cukup positif terhadap pembicaraan perdagangan menjelang tenggat waktu kenaikan tarif pada 15 Desember.
“Selain itu, fundamental rupiah terlihat lebih positif, membuat mata uang semakin menarik untuk dana asing,” ujar Mingze Wu seperti dikutip dari Bloomberg.
Adapun, imbal hasil obligasi Indonesia untuk tenor 10 tahun sedikit berubah di level 7,13%.