Bisnis.com, JAKARTA – Nilai kontrak baru PT PP Presisi Tbk. hingga November 2019 telah mencapai 97% dari target sepanjang tahun ini.
Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso mengatakan hingga bulan kesebelas, perseroan telah menggenggam proyek baru dengan nilai Rp5,6 triliun. Sementara hingga akhir 2019 nilai kontrak baru yang dibidik sebesar Rp5,8 triliun.
Raihan kontrak baru tersebut antara lain berasal dari proyek jalan angkut batu bara di Kalimantan, proyek pembangunan Bandara Baru di Kediri, Jawa Timur yang diprakarsai oleh PT Gudang Garam Tbk. melalui entitas anaknya PT Surya Dhoho Investama, pekerjaan penambahan lajur Toll Jagorawi, Tol Trans Sumatra ruas Lubuk Linggau-Curup Bengkulu, Bendungan Bener, dan pekerjaan pondasi RDMP Balikpapan.
Untuk pekerjaan penambahan lajur Tol Jagorawi, emiten dengan kode saham PPRE ini menjadi kontraktor utama. Kontrak ini didapat dari PT Jasa Marga Toll Maintenance.
“Dengan total perolehan proyek baru senilai Rp5,6 triliun tersebut, kami sangat optimistis dapat mencapai target 2019 yang masih menyisakan waktu satu bulan lagi,” ujarnya Minggu (8/12/2019).
Hingga akhir tahun, perseroan masih akan menerima feeding dari PT PP (Persero) Tbk., sebagai induk perusahaan, untuk beberapa proyek baru antara lain berupa proyek pembangunan bendungan, jalan tol, PLTU, smelter, dan lainnya.
Dari total proyek baru Rp5,6 triliun tersebut, sebagian besar berasal dari eksternal grup PTPP atau swasta, BUMN, dan pemerintah sebesar 52% dan 48% sisanya berasal dari grup PTPP berupa proyek feeding. Perolehan proyek baru dari eksternal grup yang lebih besar sejalan dengan strategi PPRE untuk memperluas pangsa pasar di luar grup sendiri.
“Pencapaian perolehan proyek baru ini akan menjadi modal bagi PPRE untuk tahun depan. Perolehan proyek baru pada tahun mendatang yang kami proyeksikan akan bertumbuh sekitar 20%," kata Benny.
Sepanjang 9 bulan tahun ini, laba bersih PPRE tumbuh 6,01% secara tahunan. Pada periode yang sama, perseroan meraup pendapatan bersih senilai Rp2,22 triliun, naik 11,56% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp1,99 triliun.
Pendapatan sektor konstruksi masih menjadi penyumbang utama sebesar 87,4% dan sisanya sebesar 12,6% merupakan pendapatan dari sektor non konstruksi, yaitu sewa alat berat dan jasa pertambangan. Pendapatan sektor konstruksi meningkat 13,3% dari Rp1,7 triliun menjadi Rp1,9 triliun.
Sementara itu, laba usaha naik 23,7% y-o-y menjadi Rp 486,5 miliar. Peningkatan laba usaha tersebut memacu peningkatan EBITDA sebesar 35,7% y-o-y dari Rp 579,3 miliar menjadi Rp 786,1 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 6,01% dari Rp189,68 miliar menjadi Rp201,08 miliar.