Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah tergelincir dan berakhir melemah pada perdagangan Selasa (12/11/2019), di tengah kekhawatiran pasar atas ancaman isu perdagangan terhadap permintaan energi global.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2019 ditutup turun tipis 6 sen di level US$56,80 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak Brent untuk kontrak Januari 2020 berakhir melemah 12 sen di level US$62,06 per barel di ICE Futures Europe Exchange. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$5,21 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Sebelum tergelincir turun, minyak WTI sempat naik tajam 1,2 persen didorong harapan pasar bahwa Presiden Donald Trump akan menyampaikan hal positif mengenai pembicaraan dagang AS dengan China dalam pidatonya di acara New York Economic Club.
“Pasar minyak begitu optimistis pada awal perdagangan bahwa Trump akan mengatakan sesuatu tentang negosiasi perdagangan,” tutur Bob Yawger, direktur divisi berjangka di Mizuho Securities, New York.
“Tapi dalam hal ini dia tidak mengatakan apakah sesuatu yang buruk atau baik akan terjadi sehingga pasar kecewa,” jelasnya.
Baca Juga
Trump mengatakan tim perunding AS dan China hampir mencapai kesepakatan perdagangan "fase satu". Namun pada saat yang sama Trump juga menegaskan retorika tentang "kecurangan" China mengenai perdagangan, seperti dilansir Reuters.
Selain itu, Presiden ke-45 AS tersebut menyatakan bahwa pemerintah akan menaikkan tarif terhadap China secara substansial jika kesepakatan dagang tidak tercapai.
“Jika kami tidak membuat kesepakatan, kami akan secara substansial menaikkan tarif. Tarif itu akan dinaikkan dengan sangat substansial. Dan ini akan berlaku untuk negara-negara lain yang juga memperlakukan kami dengan tidak adil,” tegas Trump, seperti dikutip dari Bloomberg.
Perang perdagangan AS-China selama ini telah menggoyang pertumbuhan global yang menopang permintaan energi. Morgan Stanley dan PVM Oil Associates Ltd. memperingatkan bahwa harga minyak mentah akan merosot tahun depan kecuali OPEC dan aliansinya memperdalam upaya penurunan produksi.
Menurut Morgan Stanley, harga acuan minyak mentah internasional dapat jatuh hampir 30 persen menjadi US$45 per barel jika aliansi OPEC+ tidak membuat pengurangan pasokan lebih curam.
Kartel produsen minyak mentah tersebut dijadwalkan akan bertemu di Wina pada 5 dan 6 Desember mendatang di tengah pertanyaan tentang apakah negara-negara penghasil minyak terbesar akan mendorong lebih banyak pengurangan produksi.
Arab Saudi tampaknya tidak berminat untuk berkorban lebih lanjut, sementara negara lain dalam aliansi - terutama Irak dan Nigeria - belum memenuhi komitmen mereka saat ini. Rusia juga mengisyaratkan tidak tertarik pada pemotongan tambahan.
“Pasar minyak berada dalam pola bertahan, tidak bisa memutuskan jalan mana yang harus diambil di masa depan. Yang bisa OPEC lakukan adalah mengurangi produksi mereka tahun depan jika mereka serius tentang mengurangi stok,” ucap Tamas Varga, analis PVM di London.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Desember 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
12/11/2019 | 56,80 | -0,06 poin |
11/11/2019 | 56,86 | -0,38 poin |
8/11/2019 | 57,24 | +0,09 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Januari 2020 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
12/11/2019 | 62,06 | -0,12 poin |
11/11/2019 | 62,18 | -0,33 poin |
8/11/2019 | 62,51 | +0,22 poin |
Sumber: Bloomberg