Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Senin (23/9/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,41 persen atau 25,27 poin ke level 6.206,2, setelah dibuka di zona hijau dengan kenaikan 0,14 persen atau 8,67 poin di level 6.240,14.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.197,39-6.247,58. Adapun pada perdagangan Jumat (20/9), IHSG berakhir terkoreksi 0,21 persen atau 13 poin di level 6.231,47.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin oleh sektor industri dasar yang turun 1,72 persen dan properti yang melemah 1,65 persen. Di sisi lain, sektor aneka industri dan finansial menguat 0,6 persen dan 0,03 persen.
Dari 654 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 142 saham menguat, 275 saham melemah, dan 237 saham stagnan.
Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang masing-masing melemah 2,55 persen dan 0,93 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.
Baca Juga
Sejalan dengan pelemahan IHSG, mayoritas indeks saham di Asia juga berakhir di wilayah negatif, dengan volume perdagangan yang cenderung tipis karena bursa saham Jepang libur. Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing melemah 0,98 persen dan 1,14 persen.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng melemah 0,78 persen setelah aksi demonstrasi pada akhir pekan kembali berujung pada kekerasanm, dengan aktivis pro-demokrasi merusak stasiun kereta api dan pusat perbelanjaan.
Indeks Kospi Korea Selatan ditutup menguat hanya 0,01 persen setelah menghabiskan sebagian besar sesi perdagangan di wilayah negatif menyusul data perdagangan yang mengecewakan, sementara saham Australia dan Selandia Baru melawan tren dengan menguat masing-masing 0,3 persen dan 0,4 persen.
Sebagian besar pasar saham Asia tergelincir karena investor menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai pembicaraan perdagangan AS-China. Sentimen pasar masih redup di tengah ketegangan di Timur Tengah dan kekhawatiran bahwa kesepakatan perdagangan AS-China dapat memakan waktu lama sebelum terwujud.
"Ada kekhawatiran yang nyata tentang dampak pada ekonomi dari sengketa perdagangan," kata Michael McCarthy, analis CMC Markets, Senin (23/9/2019).
"Orang-orang mungkin memiliki gagasan bahwa ini akan menjadi negosiasi yang panjang. Dan semakin lama semakin lama semakin berdampak terhadap ekonomi," lanjutnya, seperti dikutip Reuters.
Selama akhir pekan, kantor Perwakilan Dagang AS mengeluarkan pernyataan singkat yang menyatakan perundingan dua hari dengan China "produktif." Mereka menambahkan bahwa perundingan perdagangan tingkat utama di Washington akan berlangsung pada Oktober, seperti yang direncanakan sebelumnya.
Dalam sebuah pernyataan singkat, Kementerian Perdagangan China menggambarkan pembicaraan itu sebagai hal yang "konstruktif", dan mengatakan mereka juga telah melakukan diskusi yang baik untuk mempersiapkan pembicaraan tingkat tinggi pada Oktober.
Selain itu, AS menghapus tarif impor terhadap lebih dari 400 produk China sebagai tanggapan atas permintaan dari perusahaan AS.
Meskipun ada nada yang membaik, pasar masih tetap tidak yakin tentang kemungkinan kesepakatan yang akan terjadi.
Seorang analis di Tebon Securities mengatakan pembatalan itu telah memukul sentimen investor dan bisa menjadi hambatan besar pada saham kelas A China dalam waktu dekat.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
HMSP | -2,55 |
TLKM | -0,93 |
BMRI | -1,06 |
GGRM | -3,30 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
UNVR | +2,49 |
BBCA | +0,58 |
PGAS | +5,07 |
BBRI | +0,48 |