Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham emiten Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan PT Petrosea Tbk. (PTRO) terus menanjak sejak diumumkannya sebagai emiten pilihan dalam Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) periode Agustus 2025.
Diberitakan Bisnis sebelumnya, MSCI melakukan kocok ulang atau rebalancing konstituen acuannya sejak 8 Agustus 2025 lalu. Dalam pengumuman itu, lembaga yang menjadi acuan penyusunan ragam reksa dana seluruh dunia itu menetapkan DSSA milik Sinar Mas dan CUAN yang dikendalikan Prajogo Pangestu masuk dalam papan acuan utama. DSSA sendiri memiliki catatan pengurangan bobot dalam pengumuman susulan.
MSCI juga mengeluarkan ADRO dari kelompok Global Standar dengan memindahkan ke kelompok Small Caps. ADRO bergabung dengan nama baru yakni anak usahanya AADI, saham properti Grup MNC yakni KPIG, PTRO milik Prajogo, RATU yang dikendalikan menantu Presiden ke-5 Megawati yakni Hapsoro, dan kebun sawit mantan Direktur Astra TP Rachmat melalui TAPG.
Lalu bagaimana gerak saham milik Prajogo setelah ditetapkan dalam MSCI? Terhitung dari tanggal 8 Agustus, saham CUAN sebanyak 6 hari ditutup pada zona hijau. CUAN baru pada penutupan 25 Agustus 2025 turun 0,31% atau 5 poin ke Rp1.630. Namun, posisinya telah menanjak dibanding level terakhirnya di 8 Agustus saat dibanderol Rp1.565 per saham. Sementara dalam jeda perdagangan hari ini, Senin (26/8/2025), saham CUAN istirahat di zona merah pada level Rp1.620 per lembar atau melemah 0,61% secara harian.
Menilik selera investor asing pada emiten tambang batu bara ini, CUAN mencatat net buy asing Rp14 miliar pada perdagangan terakhir, memangkas net sell asing yang dari awal tahun menjadi Rp1,72 triliun
Sementara untuk PTRO, sejak 8 Agustus 2025 sampai perdagangan terakhir terpantau sebanyak 6 kali ditutup pada zona hijau. Terakhir, PTRO ditutup turun 1,23% atau 50 poin ke harga Rp4.000. Sedangkan di jeda hari ini, saham PTRO bertenggel di level Rp3.970 per lembar alias melemah -0,75%. Harga saham PTRO sendiri telah melonjak dibanding posisi terakhirnya pada 8 Agustus di Rp3.750 per saham.
Baca Juga
Pada perdagangan kemarin, PTRO mencatatkan net sell asing sebesar Rp4,46 miliar dan menambah jumlah dana asing yang hengkang sejak awal tahun sebesar Rp967 miliar.
Seperti diketahui, rebalancing indeks MSCI akan berlaku efektif mulai besok, Rabu, 27 Agustus 2025.
Sebelumnya, Senior Equity Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai seiring dengan masuknya ke dalam indeks MSCI Small Cap Index, saham PTRO prospektif dengan rekomendasi beli serta target harga dalam 12 bulan ke depan di bisa menyentuh level Rp6.000 per saham.
"Rebalancing MSCI pada Agustus 2025 dapat berfungsi menjadi pendorong prospek langkah awal. Namun, potensi yang lebih realistis terletak pada tinjauan per November 2025," kata Sukarno.
Sukarno juga masih melihat peluang peningkatan harga saham meskipun valuasi relatif saat ini tinggi, didorong prospek pertumbuhan kinerja, sinergi dengan perusahaan induk dan afiliasi, serta diversifikasi portofolio yang berkelanjutan.
Akan tetapi, terdapat berbagai tantangan di saham PTRO seperti penurunan permintaan batu bara dan mineral, keterlambatan jadwal proyek, harga batu bara, bahan bakar, dan mineral, cuaca, regulasi, serta gangguan operasional.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menilai masuknya CUAN ke MSCI berpotensi memicu aliran dana masuk signifikan dari passive fund global yang mereplikasi indeks tersebut.
“Berdasarkan historis kasus serupa, saham yang masuk ke MSCI Global Standard rata-rata mengalami kenaikan volume dan harga pada 1 hingga 2 pekan menjelang effective date, seiring dengan aksi front-running oleh investor ritel dan aktif fund,” ujar Liza.
Namun, lanjutnya, pergerakan bakal cenderung volatil menjelang tanggal efektif karena dipengaruhi aksi ambil untung. Berdasarkan catatan Kiwoom, investor asing telah membukukan net buy di seluruh pasar dengan nilai Rp1,65 triliun selama 3 hari terakhir, terhitung pada 6 – 8 Agustus 2025.
Menurut Liza, fenomena rebalancing kali ini mencerminkan rotasi struktural di sektor energi dan pertambangan Indonesia. Pergeseran tersebut juga berpotensi memicu realokasi dana asing di sektor energi sekaligus menata ulang kepemilikan pada subsektor batu bara, gas, dan energi baru terbarukan di BEI.
---------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.