Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia menyiapkan penerbitan Patriot Bond senilai puluhan triliun rupiah melalui mekanisme private placement. Instrumen ini ditujukan sebagai pembiayaan jangka panjang.
Dalam dokumen resminya, Danantara menyebut Patriot Bond merupakan bagian dari strategi untuk menghimpun dana puluhan triliun melalui mekanisme private placement. Obligasi tersebut nantinya akan ditawarkan kepada para pemimpin bisnis nasional.
Dana hasil penerbitan Patriot Bond akan diarahkan ke sektor-sektor produktif, termasuk transisi energi, dengan target mendorong produktivitas, membuka lapangan kerja, serta menjaga keberlanjutan lingkungan.
Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir mengatakan setiap inisiatif pembiayaan diarahkan untuk mendukung transformasi ekonomi jangka panjang, serta memperkuat peran dunia usaha dalam pembangunan nasional.
“Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara, seperti Jepang dan Amerika Serikat, untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (26/8/2025).
Baca Juga : Rancang Patriot Bond, Danantara Dikabarkan Bidik Dana Rp50 Triliun |
---|
Melalui instrumen ini, negara memperoleh sumber pendanaan jangka menengah hingga panjang yang stabil. Di sisi lain, pelaku usaha juga memiliki akses terhadap instrumen investasi yang aman sekaligus bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Pandu menjelaskan bahwa prinsip dasar obligasi patriot adalah partisipasi sukarela dan tanggung jawab bersama, sekaligus membuka ruang bagi kelompok usaha nasional.
“Skema ini membuka ruang bagi kelompok usaha nasional untuk berkontribusi pada agenda pembangunan lintas generasi, sekaligus memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Pandu.
Dalam pemberitaan Bloomberg, target dana Patriot Bond disebut-sebut mencapai US$3,1 miliar atau sekitar Rp50 triliun. Obligasi ini akan ditawarkan dalam dua seri masing-masing senilai Rp25 triliun dengan tenor 5 tahun dan 7 tahun.
Menurut sumber yang mengetahui rencana ini, dua seri tersebut akan memiliki tingkat kupon 2%, jauh lebih rendah dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ataupun imbal hasil obligasi pemerintah tenor sejenis yang berada di level 5,8% hingga 6,1%.