Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menguat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencopot Gubernur Federal Reserve Lisa Cook secara mendadak, langkah yang memicu kekhawatiran atas independensi bank sentral sekaligus meningkatkan permintaan aset lindung nilai.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (26/8/2025) harga emas di pasar spot terpantau naik 0,38% ke level US$3.378,65 per troy ounce setelah sempat naik hingga 0,6% pada perdagangan awal Asia, setelah Trump mengumumkan pencopotan itu melalui surat resmi yang diposting di akun Truth Social pada Senin (25/8/2025) malam.
Dolar AS terpantau melemah terhadap mayoritas mata uang utama, sementara imbal hasil obligasi tenor pendek turun, memberi dukungan tambahan bagi emas yang dihargakan dalam dolar.
Langkah ini menjadi manuver terbaru Trump dalam menekan pimpinan The Fed, yang sebelumnya enggan memangkas suku bunga. Bank sentral AS mempertahankan kebijakan moneter stabil sepanjang 2025 di tengah kekhawatiran tarif impor Trump bakal memicu inflasi.
Namun, pada Jumat pekan lalu, Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal kemungkinan penyesuaian kebijakan pada September. Penurunan suku bunga umumnya menguntungkan emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Cook yang menghadapi tuduhan skandal hipotek dipaksa mundur, sehingga membuka jalan bagi Trump menguasai mayoritas suara dengan 4 kursi dari total 7 anggota dewan. Awal bulan ini, Trump juga menunjuk Ketua Council of Economic Advisers Stephen Miran menggantikan Adriana Kugler yang lebih dulu mengundurkan diri.
Baca Juga
Analis Saxo Capital Markets Charu Chanana menuturkan, siapa pun kandidat pilihan Trump kemungkinan akan sejalan dengan tekanannya untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Bagi emas, ini berarti dukungan ganda dari ekspektasi pemangkasan suku bunga serta kebutuhan investor melakukan lindung nilai terhadap inflasi dan risiko institusional dalam jangka panjang," jelasnya
Sepanjang tahun ini harga emas sudah naik lebih dari 25%, dengan lonjakan terbesar terjadi pada empat bulan pertama akibat meningkatnya ketegangan geopolitik dan perdagangan yang mendorong permintaan aset aman.
Sejak menyentuh rekor di atas US$3.500 per ounce pada April, harga emas relatif stagnan tanpa katalis baru. Namun, sejumlah analis, termasuk Citigroup Inc. dan unit manajemen kekayaan UBS Group AG, memperkirakan harga emas masih berpotensi menguat lagi pada akhir tahun.
Pelaku pasar juga menanti data konsumsi pribadi AS yang akan dirilis Jumat. Angka konsumsi inti—di luar pangan dan energi—diperkirakan tumbuh pada laju tahunan tercepat dalam lima tahun, yang bisa membatasi ruang The Fed memangkas suku bunga.
Sementara itu, harga tembaga di London Metal Exchange naik 0,6% ke US$9.853 per ton. Namun, bijih besi turun 0,4% ke US$102,85 per ton, kontrak berdenominasi yuan di Bursa Dalian terkoreksi 0,4%, dan kontrak berjangka baja Shanghai juga melemah.