Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Impor China dan AS Mulai Berlaku, Harga Minyak Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,49% atau 0,27 poin ke posisi US$54,83 per barel, hingga pukul 16:36 WIB.
Harga minyak turun/nicholloils.com
Harga minyak turun/nicholloils.com

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak melemah pada Senin (2/8/2019), setelah sejumlah tarif baru yang dikenakan oleh Amerika Serikat dan China mulai berlaku pada bulan ini.

Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan perekonomian global dan permintaan minyak mentah.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,49% atau 0,27 poin ke posisi US$54,83 per barel, hingga pukul 16:36 WIB. Harga minyak mentah Brent melemah 0,71% atau 0,42 poin ke posisi US$58,83 per barel.

Sebagaimana diketahui, AS mulai mengenakan sanksi 15% untuk berbagai barang China termasuk alas kaki, jam tangan pintar, dan televisi layar datar, pada Minggu (1/8). Sementara China memberlakukan bea masuk baru untuk minyak mentah AS, peningkatan terbaru dalam perang dagang.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, kedua belah pihak masih akan bertemu untuk pembicaraan akhir bulan ini. Trump, menulis di Twitter, tujuan itu adalah untuk mengurangi ketergantungan AS pada China. Dia kembali mendesak perusahaan-perusahaan Amerika untuk mencari pemasok alternatif di luar China.

Retribusi Beijing sebesar 5% pada minyak mentah AS menandai pertama kalinya bahan bakar telah ditargetkan sejak dua ekonomi terbesar dunia memulai perang dagang mereka lebih dari setahun yang lalu.

"Meskipun Presiden Trump menepis kekhawatiran tentang perang dagang yang berkepanjangan, kami berpandangan bahwa eskalasi terbaru tidak akan menghasilkan kesepakatan perdagangan dalam waktu dekat," kata Samuel Siew, analis investasi di Phillip Futures di Singapura dikutip dari Reuters, Senin (2/8).

Di tempat lain, sebuah survei Reuters menemukan, produksi minyak dari anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik pada Agustus untuk bulan pertama tahun ini, karena pasokan yang lebih tinggi dari Irak dan Nigeria, melebihi pemangkasan oleh eksportir top Arab Saudi dan kerugian yang disebabkan oleh sanksi AS terhadap Iran.

Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan energi memotong rig pengeboran selama sembilan bulan berturut-turut ke level terendah sejak Januari tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper