Bisnis.com, JAKARTA – Dividen atau laba per saham yang disetorkan dari BUMN dan anak usaha pelat merah yang melantai di bursa mencapai Rp63,07 triliun. Sektor perbankan dan asuransi, masih mendominasi kontribusi.
Secara keseluruhan dari rekapitulasi data yang dilakukan Bisnis.com, total dividen itu berasal dari 35 perusahaan berstatus terbuka. Pada periode 2018, perusahaan pelat merah tersebut menorehkan laba bersih sebesar Rp101,95 triliun, naik 10,82% dibandingkan Rp92,0 triliun pada tahun sebelumnya.
Dari 35 perusahaan, data ini masih belum digabungkan dengan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM). Perusahaan tersebut belum merilis data kinerja keuangan 2018, alasannya perseroan mengikuti aturan bursa luar negeri.
“Dalam hal laporan keuangan [audited] Tahun Buku 2018 ini, kami sampaikan bahwa Telkom sebagai perusahaan dual listing akan menyampaikan laporan keuangan berkala menggunakan batas waktu dari US-SEC yaitu batas waktu penyampaian Annual Report on Form 20-F, sehingga Telkom belum dapat menyampaikan Laporan Keuangan [audited] Tahun Buku 2018 pada 31 Maret 2019,” tulis Telkom dalam keterbukaan informasi di BEI.
BANK BRI TERBESAR
Dari sisi sektoral, perusahaan pelat merah yang menggeluti bisnis perbankan dan asuransi, menyumbang dividen paling besar. Secara keseluruhan, perusahaan pelat merah dari sektor ini menyetor Rp45,62 triliun.
Jumlah tersebut, setara 72,3% dari total jatah pemilik saham negara. Satu per satu perusahaan sektor ini, menorehkan dividen terbesar, seperti Bank BRI yang menelurkan dividen hingga Rp18,5 triliun.
Terbesar kedua, disumbangkan Bank Mandiri (BMRI) yang mencapai Rp15 triliun. Sedangkan Bank BTN masih menyisakan porsi bagi pemerintah sebesar Rp1,68 triliun.
Sektor dengan sumbangsih terbesar kedua yaitu energi dan pertambangan. Dari sektor tersebut, negara mengantongi dividen hingga Rp7,2 triliun, setara 11,4% dari keseluruhan dividen yang dicatat BUMN dan anak usahanya.
PTBA atau Bukit Asam dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) jadi andalan penyetor dividen terbesar. Keduanya masing-masing menghasilkan dividen masing-masing Rp3,6 triliun dan Rp2,6 triliun.
RAPOR MERAH
Hanya saja, masih terdapat dua perusahaan pelat merah dengan rapor yang mengecewakan. KRAS atau Krakatau Steel, menelan kerugian sehingga menghasilkan rugi ditanggung pemilik saham, khusus bagi pemerintah nilai itu mencapai Rp817,19 miliar.
Perusahaan lain yaitu Indofarma atau INAF. Perseroan yang bergerak di bidang farmasi ini menimbulkan rugi buat negara hingga Rp26,2 miliar.
Beruntungnya, Garuda Indonesia yang merupakan maskapai pelat merah, kini mampu membalik keadaan keuangan dari rugi pada tahun lalu, jadi untung. Perusahaan berkode saham GIAA itu menyumbang dividen sebesar Rp6,7 miliar.
Deputi Usaha Bidang Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kemen BUMN Fajar Harry Sampurno mengungkapkan kinerja perusahaan pelat merah secara umum membaik.
Bahkan, total laba bersih seluruh BUMN baik yang melantai di bursa dan tidak, pada tahun lalu berada di kisaran Rp190 triliun, tumbuh dibandingkan periode sebelumnya.
RENCANA HOLDING
Target yang optimistis itu tak lepas dari strategi pembentukan holding yang tengah dikebut. Lewat holding, singgung Fajar, BUMN kian kuat, besar, dan lincah.
Pendapat senada juga disampaikan Sekretaris Kemen BUMN Imam A Putranto. Walau masih terdapat BUMN dengan rapor merah, secara umum kinerja membaik.
“Contohnya Garuda, 2018 bisa menghasilkan laba, sebelumnya merugi,” tambah Imam.
Dia menilai BUMN memang wajib bekinerja baik, namun kondisi bisnis masing-masing perusahaan tak bisa dipaksakan tumbuh. “Ada siklus yang harus dihadapi, naik turun itu biasa,” kata Imam.
Imam berpendapat kekuatan dan perbaikan kinerja BUMN erat kaitanbya dengan strategi sinergi dan pembentukan holding. Masing-masing perusahaan jadi saling peduli untuk memberikan bantuan pekerjaan.
“Contohnya Istaka Karya yang banyak jadi subkontraktor, sari BUMN besar, kalau tender mereka sangat sulit,” tukas Imam.