Bisnis.com, JAKARTA – Terpuruknya dolar AS akibat Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserves, yang akan menahan suku bunga sepanjang tahun ini menjadi momentum baik bagi mayoritas mata uang asing untuk melawan dolar AS.
Penguatan tersebut tidak hanya terjadi di klasemen mata uang Asia, tetapi juga terjadi di klasemen mata uang mayor.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (21/3/2019) pukul 15.27 WIB, yen Jepang bergerak menguat melawan dolar AS dengan naik 0,36% menjadi 110,30 yen per dolar AS. Pada penutupan perdagangan sebelumnya, yen berhasil menguat 0,60% menjadi pemguatan terbesar sejak flash crash awal Januari.
Pada penutupan perdagangan sebelumnya Euro juga naik ke level US$1,1437 dan US$1,1448 semalam, terkuat sejak awal Februari. Namun, saat ini euro bergerak sedikit turun karena isu Brexit tetapi bertahan di atas US$1,14 hanya melemah 0,10%.
Kemudian mata uang yang cenderung berkinerja baik ketika selera investasi aset berisiko menguat juga meningkat. Dolar Australia juga naik 0,38% terhadap dolar AS menjadi 0,7143 dolar Australia per dolar AS. Pun, yuan berhasil menguat tipis 0,06% menjadi 6,6878 yuan per dolar AS.
Di sisi lain, pada klasemen mata uang negara Asia, peso berhasil menguat 0,306% menjadi 52,649 peso per dolar AS disusul oleh won yang menguat 0,244% menjadi 1.127,66 won per dolar AS. Penguatan mata uang Asia berhasil dipimpin oleh Indonesia yang menguat 0,339% menjadi Rp14.140 per dolar AS.
Baca Juga
Mengutip riset harian Asia Tradepoint Futures, The Fed yang mengubah dot plot atau arah suku bunga acuan hingga jangka menengah diangka 2.375% atau sama seperti saat ini, berarti kemungkinan besar The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunganya pada 2019.
“Kondisi memicu investor melepas dolar AS dan mulai mengincar mata uang asing lainnya, seperti Rupiah,” mengutip riset Asia Tradepoint Futures, Kamis (21/3/2019).
Walaupun demikian, momentum dovish dari The Fed tidak mampu dimanfaatkan oleh pound sterling.
Pelaku pasar terlihat ragu-ragu untuk memburu mata uang Ratu Elizabeth tersebut menyusul adanya kekhawatiran bahwa Uni Eropa dapat mendepak Inggris tanpa kesepakatan pada 29 Maret pekan depan. Pound sterling melemah 0,21% melawan dolar AS di level US$1,3170 per dolar AS.
Di sisi lain, akibat sentimen Brexit tersebut, berhasil membawa indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sejumlah mata uang mayor tercatat menguat 0,32% menjadi 96,072, menahan laju mata uang asing lainnya untuk terapresiasi.