Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKEMA PENDANAAN : Emisi MTN BUMN Tumbuh 182%

Penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes oleh perseroan pelat merah tumbuh pesat 182,27% sepanjang periode berjalan Februari 2019 sejalan tingginya pemenuhan kebutuhan pendanaan serta kondisi pasar yang dinilai kondusif.

Bisnis.com, JAKARTA — Penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes oleh perseroan pelat merah tumbuh pesat 182,27% sepanjang periode berjalan Februari 2019 sejalan tingginya pemenuhan kebutuhan pendanaan serta kondisi pasar yang dinilai kondusif.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis.com, melalui PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total emisi medium term notes (MTN) badan usaha milik negara (BUMN) mencapai Rp1,55 triliun pada Januari 2019—Februari 2019. Jumlah tersebut naik 182,27% dibandingkan dengan Rp550 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Paling anyar, pada akhir Februari 2018, Perum Perumnas menambah jajaran BUMN yang menerbitkan MTN awal tahun ini. Calon induk holding BUMN perumahan dan pengembangan kawasan itu mengeluarkan surat utang jangka menengah dengan jumlah pokok Rp155 miliar. MTN III Perum Perumnas Tahun 2019 dibanderol dengan kupon 11,75%. Distribusi secara elektronik dilakukan pada 27 Februari 2019.

Sehari sebelumnya, KSEI mencatat PT Permodalan Nasional Madani (Persero) juga menerbitkan surat utang jangka menengah dengan jumlah pokok Rp142,5 miliar. MTN PT Permodalan Nasional Madani (Persero) XIX Tahun 2018 Seri D dibanderol dengan kupon 10,50%

Sebelum Perumnas, PT Wijaya Karya Realty, entitas anak PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. juga telah melakukan penerbitan MTN. Perseroan mengeluarkan surat utang jangka menengah dengan jumlah pokok Rp205 miliar. 

MTN VII Wika Realty Tahun 2018 memiliki periode jatuh tempo pada 25 Februari 2021. Surat utang tersebut memiliki tingkat bunga 11,5% dengan pembayaran bunga tiap tiga bulan.

“[Penerbitan MTN] buat bayar tanah dan modal kerja,” ujar Agung Salladin, Direktur Utama Wijaya Karya Realty kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Manajemen Wijaya Karya juga tengah mempersiapkan Wijaya Karya Realty untuk melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2019. Rencananya, penawaran umum perdana saham akan dilakukan pada semester I/2019 dengan target dana Rp1,5 triliun—Rp2 triliun.

Entitas anak BUMN karya lainnya, PT Adhi Persada Properti (APP) juga menggalang dana lewat penerbitan MTN awal tahun ini. Perseroan menerbitkan MTN Adhi Persada Properti V Tahun 2018 Seri A dengan jumlah pokok Rp100 miliar.

Saat dimintai konfirmasi, Direktur Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Entus Asnawi M mengungkapkan aksi korporasi yang ditempuh anak usaha itu ditempuh sejalan dengan rencana bisnis. Menurutnya, dana yang didapat akan digunakan untuk pengembangan properti yang tengah dibangun.

Pada Januari 2019, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menerbitkan dua MTN dengan total jumlah pokok Rp500 miliar. Perseroan melakukan emisi MTN PTPN III Tahun 2018 senilai Rp375 miliar dan MTN Syariah Ijarah I PTPN III Tahun 2018 senilai Rp125 miliar.

Direktur Utama Perkebunan Nusantara III, Holding PTPN,  Dolly P. Pulungan menuturkan terdapat beberapa alasan manajemen memilih emisi instrumen medium term notes (MTN). Salah satunya karena tenor yang bersifat jangka pendek dan pembayaran pokok pada saat jatuh tempo. “Kami mendapat rating single A dan clean basis,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.

Dolly mengatakan dana yang dihimpun akan digunakan untuk modal kerja anak usaha. Beberapa kebutuhan tersebut yakni pembelian pupuk, pembayaran vendor, serta pembayaran operasional lainnya. “Modal kerja untuk PTPN XIII, PTPN VIII, PTPN VII, dan lain lain,” imbuhnya.

Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia menilai alasan sejumlah BUMN menerbitkan MTN awal tahun ini karena proses yang lebih sederhana. Emisi instrumen itu menurutnya tidak memerlukan pencatatan dan IPO. “Konsekuensinya cost of fund lebih tinggi,” jelasnya.

Dia menyebut kebutuhan pembiayaan memang lebih tinggi pada awal tahun ini. Akhirnya, BUMN menerbitkan MTN selain obligasi biasa. “Rata-rata [penerbitan MTN dilakukan oleh] BUMN infrastruktur yang butuh dana besar dan cepat untuk pembiayaan mereka,” imbuhnya.

Di sisi lain, Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut terjadi pertumbuhan emisi MTN BUMN. Menurutnya, kondisi itu lantaran pasar modal dalam negeri yang tengah terpapar radiasi sentimen positif.

Salah satu sentimen positif bagi pasar modal Indonesia yakni kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga The Fed tahun ini yang diperkirakan hanya satu kali atau tidak sama sekali. Langkah bank sentral Amerika Serikat yang mulai dovish memberikan angin segar kepada tingkat suku bunga Bank Indonesia.

“Tentu hal ini akan menjadi kabar yang positif kembali untuk mendorong penurunan imbal hasil obligasi dalam negeri,” tuturnya.

Selanjutnya, Nico menyebut positifnya perdamaian dagang antara Amerika Serikat dan China akan membuat pasar kian positif menyambut inflow yang mengalir. Kondisi itu akan mendorong imbal hasil obligasi untuk mengalami penurunan yang didukung oleh kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG).

“Awal tahun ini merupakan momen yang tepat bagi emiten untuk melakukan pencarian dana,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper