Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pefindo: Penerbitan Surat Utang Korporasi pada 2024 Capai Rp149,7 Triliun

Pefindo menyatakan Penerbitan surat utang korporasi secara keseluruhan periode Januari-Desember 2024 mencapai Rp149,7 triliun.
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Dok Linkedin
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Dok Linkedin

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyatakan bahwa penerbitan surat utang korporasi secara keseluruhan periode Januari-Desember 2024 mencapai Rp149,7 triliun.

Pefindo mencatat penerbitan surat utang korporasi pada 2024 paling banyak berasal dari penerbitan obligasi korporasi dan sukuk dengan nilai mencapai Rp147,7 triliun, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp127,5 triliun.

Selain itu, penerbitan surat utang atau obligasi jangka menengah (medium term note/MTN) pada 2024 menunjukkan penurunan menjadi Rp1,5 triliun dibandingkan Rp2,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penerbitan efek utang lainnya seperti perpetual, surat berharga komersial dan sekuritisasi juga menunjukkan penurunan menjadi Rp500 miliar, dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp900 miliar.

Adapun Pefindo sendiri melakukan pemeringkatan pada 86,8% surat utang korporasi yang diterbitkan selama periode Januari-Desember 2024.

Berdasarkan proses pemeringkatan itu, terlihat bahwa tujuan penggunaan dana dari hasil penerbitan surat utang sebagian besar 63,7% untuk modal kerja dan 26,4% untuk refinancing.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto mengatakan penerbitan surat utang korporasi pada 2025 berpeluang ramai terdorong sejumlah faktor.

"Kebutuhan refinancing diperkirakan masih tinggi seiring dengan nilai surat utang jatuh tempo yang masih besar Rp161,21 triliun pasca tingginya penerbitan bertenor pendek pada 2024," katanya dalam Konferensi Pers Pefindo, pada Selasa (11/2/2025).

Peluang penerbitan surat utang juga datang dari aktivitas sektor riil yang diperkirakan relatif menguat. Suhindarto menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan terdorong oleh kebijakan pemerintah yang lebih ekspansif, dengan inflasi yang diperkirakan masih terkendali.

Selain itu, peluang juga datang dari suku bunga acuan yang lebih rendah sejalan dengan ekspektasi berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter.

Selanjutnya, likuiditas lembaga keuangan yang semakin ketat dan potensi pertumbuhan permintaan bisnis mendorong perusahaan mencari alternatif dana dengan tenor lebih panjang daripada pinjaman perbankan, seperti obligasi korporasi, untuk mendukung asset-liability keuangan.

Kemudian, dia mengungkap bahwa premi juga diperkirakan relatif melandai, seiring dengan leverage keuangan yang membaik akibat suku bunga yang relatif lebih rendah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper