BISNIS.COM, JAKARTA— Perusahaan manufaktur boiler, PT Grand Kartech diketahui segera menawarkan saham perdana ke publik (Initial Public Offering/IPO) pada kuartal IV tahun ini.
Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan Grand Kartech sudah melakukan mini expose ke jajaran direksi bursa baru-baru ini.
“Grand Kartech itu perusahaan boiler, dia akan melepas saham di atas 10% dan akan menggunakan buku [laporan keuangan] April 2013,” ujar Hoesen ketika ditemui usai Sholat Jumat di Gedung BEI, Jumat (5/7/2013).
Hoesen mengatakan PT Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas dan PT Investindo Nusantara Sekuritas akan bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek (underwriter) untuk aksi korporasi itu.
Dihubungi terpisah, Vice President Investment Banking PT AAA Sekuritas Jimmy Randiatmoko membenarkan bahwa PT Grand Kartech sedang memproses IPO dan diharapkan bisa mencatatkan diri di bursa (listing) pada November.
“Betul, Grand Kartech akan melepas sebanyak-banyaknya 550 juta lembar saham. Tapi kisaran harga penawarannya saya belum bisa bilang,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Jumat (5/7/2013).
Jimmy juga belum bisa menyatakan berapa target dana dari hasil IPO. Yang jelas, dana hasil IPO akan digunakan Grand Kartech untuk ekspansi.
Adapun PT Grand Kartech adalah perusahaan rekayasa dan manufaktur yang mampu mendesain dan membangun perlengkapan serta mesin untuk pelbagai sektor industri, mulai dari industri ketenagalistrikan dan energi, pertambangan, pertanian, hingga industri migas.
Sejak akhir 1980-an, perusahaan ini merancang produk boiler versi sendiri yang banyak digunakan di industri tekstil, makanan, dan farmasi.
Selain memasok boiler ke dalam negeri, perseroan juga mengekspornya ke berbagai negara termasuk Malaysia, Vietnam, Kamboja, Filipina, Ghana, Kolombia, Laos, hingga Mongolia.
Grand Kartech memiliki fasilitas produksi di Karawang, Jawa Barat dan Balikpapan, Kalimantan Timur. Namun, kantor pemasarannya berada di kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Adapun sepanjang semester I/2013, sebanyak 16 perusahaan resmi mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia dengan total perolehan dana IPO menembus Rp10 triliun.
Jumlah itu belum termasuk perusahaan jasa migas, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) yang juga resmi mencatatkan kembali sahamnya di bursa (relisting), namun tidak melepas saham baru ke publik. Sepanjang 2013, bursa menargetkan ada 30 perusahaan yang melantai di bursa. (ltc)