Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Apresiasi ke Rp16.394 per Dolar AS Jelang Rilis PDB

Rupiah menguat ke Rp16.394 per dolar AS jelang rilis PDB, didorong ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan inflasi inti yang melandai di Indonesia.
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu penukaran uang di Jakarta, Selasa (24/6/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu penukaran uang di Jakarta, Selasa (24/6/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (5/8/2025). Rupiah naik ke level Rp16.394 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah menguat 0,04% ke level Rp16.394 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,02% ke level 98,8.

Sementara itu, mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi, yakni yen Jepang yang menguat 0,01%, dolar Singapura melemah 0,01%, dolar Taiwan melemah 0,10%, dan won Korea melemah 0,07%.

Lalu peso Filipina menguat 0,07%, rupee India melemah 0,14%, yuan China menguat 0,02%, ringgit Malaysia menguat 0,11%, dan baht Thailand menguat 0,12%.

Sebelumnya, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan ditutup menguat di kisaran Rp16.530 hingga Rp16.400 per dolar AS pada Selasa (5/8/2025).

Ibrahim menuturkan dari eksternal, pasar mulai memperhitungkan kembali penurunan suku bunga oleh The Fed. Ekspektasi itu menyusul data ketenagakerjaan yang mencatatkan pelemahan pada Juli 2025.

Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) Juli mencatat tambahan 73.000 lapangan kerja, jauh di bawah ekspektasi 110.000. Angka Juni juga direvisi dari 147.000 menjadi 14.000, menandakan perlambatan pasar tenaga kerja lebih dalam dari perkiraan. 

Sementara itu, tingkat pengangguran di negeri Paman Sam mengalami kenaikan tipis menuju level 4,2% dari 4,1% pada Juni sesuai dengan proyeksi pasar.

“Pelemahan di pasar tenaga kerja membenarkan sikap Gubernur Fed Michelle Bowman dan Christopher Waller yang mendukung penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed 29-30 Juli lalu,” kata Ibrahim.

Dari dalam negeri, inflasi inti terus melandai sejak Mei 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi inti pada Juli sebesar 2,32% year on year (YoY) atau lebih rendah dari Juni 2,37% dan Mei 2,40%. 

Secara bulanan, inflasi inti naik tipis 0,13% month to month (MtM) dibandingkan 0,07% pada Juni. Emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi 0,46% terhadap inflasi Juli yang mencapai 2,37% YoY.

Meski inflasi inti melandai, inflasi umum justru meningkat dari 1,87% YoY pada Juni menjadi 2,37% pada Juli. Lonjakan terutama berasal dari kenaikan harga pangan, tercermin dari inflasi volatile food yang meroket ke 3,82% YoY.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro